Thailand muncul sebagai salah satu jalur utama Rusia untuk suku cadang mesin dan komputer, yang berpotensi digunakan militer. Semakin banyak perusahaan lokal yang dituduh membantu Rusia menghindari kontrol ekspor Barat guna melumpuhkan perangnya di Ukraina.
Sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, AS telah menjatuhkan sanksi pada tujuh perusahaan di Thailand karena mengekspor "barang-barang prioritas tinggi" ke Rusia. Kiriman terakhir tercatat pada Desember.
Data perdagangan yang diterbitkan tahun lalu oleh S&P Global, firma layanan dan analisis keuangan yang berbasis di New York, juga menunjukkan lonjakan besar dalam ekspor dari Thailand ini sejak 2022. Thailand luput disebut ketika Departemen Keuangan dan Perdagangan AS mulai memperingatkan pada pertengahan 2023 tentang negara ketiga yang digunakan untuk menyalurkan barang-barang prioritas tinggi ke Rusia sebagai cara untuk menghindari kontrol ekspor Barat.
“Jadi, sungguh mengejutkan melihat mereka … sebagai negara baru atau lokasi baru yang terlibat dalam jenis transaksi barang ini,” ujar Byron McKinney, pakar risiko sanksi dan rantai pasokan di S&P Global Market Intelligence, kepada VOA tentang penelitian timnya.
Rantai pasokan yang terkena sanksi, kata McKinney, “bagaikan air di Sungai. Jika kita mencoba membendungnya di satu tempat, air itu akan mencoba dan bergerak ke arah lain. Jadi, Thailand muncul dengan cara ini. Awalnya tidak ada dalam daftar untuk pengiriman ulang atau transit barang-barang ini tetapi negara ini muncul kemudian.”
Dalam beberapa hari setelah invasi 2022, Departemen Perdagangan AS memberlakukan kontrol ekspor pada puluhan barang prioritas tinggi yang menurutnya paling dibutuhkan Rusia “untuk mempertahankan serangan brutalnya terhadap Ukraina,” mulai dari bantalan bola hingga microchip. Barang-barang ini umumnya dikenal karena berfungsi ganda, bisa digunakan untuk keperluan sipil maupun militer.
Laporan McKinney dan timnya pada 2024 menunjukkan bahwa China mengekspor atau mengekspor ulang sebagian besar barang ini ke Rusia sejak invasi Rusia ke Ukraina. Dalam laporan itu disebutkan bahwa nilainya mencapai lebih dari $6 miliar pada 2023 saja. Laporan itu juga menunjukkan negara-negara menyalurkan lebih banyak barang tersebut ke Rusia daripada Thailand. Namun dari 14 negara yang ekspor dan ekspor ulangnya ke Rusia dijabarkan dalam laporan itu, Thailand mengalami lonjakan paling tajam, lebih dari 1.000%, dari $8,3 juta pada 2022 menjadi $98,7 juta pada 2023. [ka/lt]
Forum