Azerbaijan dan Armenia bertukar tawanan perang di perbatasan mereka pada Rabu 13 Desember, sebagai langkah menuju normalisasi hubungan kedua negara, setelah Azerbaijan mencapai terobosan yang penting dalam konflik yang telah berlangsung puluhan tahun.
Pertukaran tersebut melibatkan pembebasan 32 warga Armenia yang sebagian besar ditangkap oleh Azerbaijan pada akhir 2020. Sebagai imbalannya, Armenia menyerahkan dua tentara Azerbaijan yang ditahan sejak April 2023.
“Tiga puluh satu personel angkatan bersenjata Armenia yang ditangkap pada 2020-2023 dan satu prajurit yang ditangkap di Nagorno-Karabakh pada September telah melintasi perbatasan Azerbaijan-Armenia dan berada di wilayah Armenia,” tulis Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di akun Facebook-nya.
Negara-negara bertetangga di Kaukasus Selatan ini telah berperang dua kali dalam 30 tahun terakhir di Nagorno-Karabakh, daerah pegunungan yang merupakan bagian dari Azerbaijan, dan tempat di mana etnis Armenia memisahkan diri dan memperoleh kemerdekaan de facto pada tahun 1990-an.
Azerbaijan merebut kembali Karabakh dalam serangan kilat pada September, menyebabkan sebagian besar dari 120 ribu warga etnis Armenia melarikan diri ke Armenia.
Saat mengumumkan rencana pertukaran tahanan pekan lalu, kedua belah pihak mengatakan mereka “menegaskan kembali niat mereka untuk menormalisasi hubungan dan mencapai perjanjian damai berdasarkan penghormatan terhadap prinsip kedaulatan dan integritas wilayah.”
Armenia dan Azerbaijan sama-sama merupakan bagian dari Uni Soviet yang runtuh pada tahun 1991. Rusia menganggap dirinya sebagai penjamin keamanan di wilayah tersebut namun pengaruhnya telah menurun dalam dua tahun terakhir karena perang di Ukraina telah meluas dan mengalihkan perhatian negara tersebut. [ns/jm]
Forum