Tautan-tautan Akses

Analis: Trump Menang dalam Perselisihan dengan Presiden Kolombia Terkait Deportasi


Kombinasi foto: Presiden Kolombia Gustavo Petro (kiri) dan Presiden AS Donald Trump
Kombinasi foto: Presiden Kolombia Gustavo Petro (kiri) dan Presiden AS Donald Trump

Badai di atas secangkir kopi, perumpamaan yang dipakai untuk menggambarkan pertentangan tidak perlu untuk sebuah persoalan, terjadi akhir pekan lalu, ketika Presiden Kolombia bertengkar melalui unggahan media sosial dengan Presiden AS, Donald Trump.

Kedua presiden akhirnya menarik diri dari ketegangan yang memuncak terkait perang dagang, setelah Gedung Putih bersikeras agar Kolombia, negara di Amerika Selatan itu menerima warganya yang dideportasi, sebagai bagian dari program imigrasi di era Trump yang keras.

Sikap keras Presiden Trump dalam imigrasi membuat marah sejumlah pihak, baik di dalam maupun luar negeri, ketika dia mempertontonkan deportasi warga negara asing kembali ke negaranya. Guatemala misalnya, belum lama ini menerima kembalinya sejumlah warga mereka.

Tetapi Presiden Kolombia Gustavo Petro akhir pekan lalu menolak dua pesawat yang dipenuhi migran yang dideportasi. Penolakan itu membawanya terlibat dalam pertengkaran di media sosial dengan Presiden AS yang meningkat menjadi saling hina, ancaman pengenaan tarif dari kedua belah pihak, dan beberapa jam kemudian, pernyataan menyerah, ketika Kolombia menerima warganya kembali dan mengirimkan pesawat kepresidenan untuk menjemput mereka.

Pemerintah AS mengatakan, Trump sangat jelas sikapnya dalam persoalan ini sepanjang kampanyenya, seperti disampaikan Karoline Leavitt, Sekretaris Pers Gedung Putih.

“Presiden Trump mengirimkan pesan yang sangat kuat kepada orang-orang di seluruh dunia: jika Anda berpikir untuk melanggar hukum Amerika Serikat, Anda akan dipulangkan. Anda akan ditangkap. Anda akan didakwa. Jangan datang ke Amerika,” ujarnya.

Menteri Luar Negeri Kolombia, Luis Gilberto Murillo mengatakan, sebuah delegasi akan tiba di Washington dalam beberapa hari ke depan untuk membahas persoalan ini dan sejumlah masalah lain.

“Kami akan terus menerima warga Kolombia, para perempuan dan laki-laki Kolombia yang kembali sebagai warga yang dideportasi, menjamin kondisi yang bermartabat sebagai warga negara yang memiliki hak.”

Ketika ditanya, siapa yang memenangkan keributan di akhir pekan lalu, Eddy Acevedo, seorang analis mengatakan:

“Saya percaya, ini sangat jelas bahwa Presiden Trump dan Amerika Serikat memenangkan pertengkaran akhir pekan itu.”

Semua itu berlangsung sangat cepat, dan tanpa penanganan diplomasi yang cukup, kata analis.

Eric Farnsworth adalah wakil presiden dan kepala kantor di Washington untuk LSM Masyarakat Amerika dan Dewan Amerika.

“Kenyataan bahwa hal ini terjadi di tengah malam melalui Twitterverse dan nampaknya tanpa konsultasi yang cukup dengan para diplomat atau kementerian luar negeri, atau lembaga lain yang ada, dan itu memburuk dengan cepat menjadi perang cuitan dan benar-benar menghadirkan kecemasan dan situasi yang sebenarnya tidak perlu terjadi.”

Para ahli mengatakan, yang ada di meja para diplomat adalah status Kolombia sebagai sekutu utama non-NATO dan eksportir kopi, bunga potong dan banyak lagi. Sementara di sisi lain, para analis mencatat bahwa produksi kokain Kolombia telah melonjak beberapa waktu terakhir, memperumit upaya pencegahan penyelundupan narkoba kedua negara.

Kembali Eddy Acevedo mengatakan:

“Dengan segera, Presiden Trump harus membuat Keputusan mengenai kerja sama keamanan dan penanganan narkoba dengan Kolombia, dan menurut saya, itu akan menjadi sinyal bahaya selanjutnya dalam hubungan keduanya.”

Sementara itu di Bogota, ketegangan masih terjadi. Pada Senin, puluhan warga negara itu yang datang ke kedutaan AS mengatakan bahwa jadwal untuk permohonan visa mereka telah dibatalkan. [ns/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG