Sebuah organisasi kemanusiaan mendesak pemimpin-pemimpin Eropa untuk mempertahankan perbatasan yang terbuka bagi para migran.
Rasa frustrasi telah berkembang di antara pemerintah negara-negara Eropa tengah dan timur dalam menghadapi apa yang dilihat sebagai respon Uni Eropa yang kacau dan tidak efektif terhadap krisis migran.
Ribuan orang setiap harinya datang ke pintu perbatasan utara untuk menghindari pemboman Rusia si Aleppo dan serangan pemerintah Suriah di kawasan-kawasan sekitarnya. Turki bersikeras mengatakan harus mendapat dukungan negara-negara lain sebelum menampung lebih banyak pengungsi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengulangi ancaman untuk mengusir 2,5 juta migran Suriah yang diterima di perbatasannya, seraya menyatakan ia akan mengirim mereka dengan bus ke perbatasan-perbatasan Uni Eropa.
Organisasi Migrasi Internasional IOM mengatakan ada 409 migran tercatat tewas ketika berupaya menyeberangi Laut Tengah dalam enam pekan pertama tahun 2016.
Kantor kemanusiaan PBB OCHA mengatakan 300 ribu orang mungkin tidak akan mendapat bantuan kemanusiaan jika pemerintah Suriah dan pasukan sekutunya mengepung kota Aleppo dan menghalang-halangi mereka yang ingin melarikan diri dari kota itu.
Turki dan Jerman sepakat untuk menetapkan langkah-langkah guna mengatasi krisis pengungsi Suriah, ketika ribuan migran masih terlantar di perbatasan Turki-Suriah.
Satu bekas bandara di Jerman, yang terkenal semasa Perang Dingin, kini digunakan sebagai tempat penampungan darurat pengungsi, karena negara itu kewalahan mengatasi ribuan pencari suaka yang terus berdatangan.
Organisasi anti-Islam Jerman, "Patriotic Europeans Against the Islamization of the Occident" atau Pegida hari Sabtu (6/2) melangsungkan demonstrasi di beberapa kota utama di Eropa memprotes imigrasi massal dan apa yang mereka sebut sebagai "Islamisasi" Eropa.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry telah menjanjikan hampir 1 miliar dolar bantuan baru Amerika untuk pengungsi Suriah pada suatu konferensi donor internasional.
Dana Anak-Anak PBB atau UNICEF mengatakan anak-anak dan perempuan, untuk pertama kalinya sejak krisis migran meledak di Eropa, merupakan mayoritas pengungsi dan migranyang terus bergerak.
Sejak bulan Mei 2015 lebih dari 40 tersangka jihadis ditangkap ketika memasuki Eropa dengan menyamar sebagai pengungsi perang Suriah, demikian menurut sebuah perusahaan yang memusatkan perhatian pada teroris internasional.
Tunjukkan lebih banyak