Umat Islam di seluruh dunia merayakan Idulfitri yang suram, Kamis. Hari yang selayaknya diisi dengan kegembiraan dan acara kumpul keluarga itu dibayangi meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina, dan pandemi virus corona.
Berbeda dibandingkan saat awal pandemi, Salat Idul Fitri tahun ini berlangsung secara berjamaah dan fisik di masjid-masjid di penjuru AS. Minat kembali salat di masjid pun membludak, tapi telah diantisipasi sebelumnya oleh para pengurus masjid.
Di saat banyak wilayah di AS berencana membuka total kegiatan dalam waktu dekat, umumya kegiatan masih dibatasi kapasitasnya, tak terkecuali kegiatan ibadah. Bagi Muslim AS, termasuk diaspora Indonesia sekitar Washington, D.C. ini berarti perubahan dibandingkan salat Id pada tahun-tahun sebelumnya.
Vina Mubtadi melaporkan suasana malam takbiran secara langsung dari Maryland, Amerika Serikat. Tahun ini warga Indonesia di kawasan DC Metro Area (Washington DC, Maryland dan Virginia) sudah diperbolehkan melaksanakan salat Idulfitri di masjid IMAAM Center, dengan mengikuti protokol kesehatan.
Organisasi Nirlaba Dine After Dark mengkampanyekan misi untuk merayakan bulan Ramadan dengan menyediakan makanan halal. Misi utama organisasi ini untuk meminta rumah makan buka lebih lama tidak dilakukan karena beberapa kendala bagi rumah makan selama pandemik Covid19.
Pada 10 hari terakhir Ramadan, Muslim meningkatkan ibadah dan semakin banyak yang datang ke masjid, walaupun tetap ada kekhawatiran akan pandemi. Sebagian kecil masjid di kawasan Washington, DC, misalnya Imaam Center, membuka pintu bagi jemaah yang hendak beritikaf.
Warga Mesir merayakan liburan Idulfitri yang kedua di tengah-tengah pandemi virus corona. Menjelang hari raya itu, warga Kairo sibuk terlihat sibuk membeli baju baru bagi anak-anak mereka dan membeli kue tradisional kaak.
Diaspora Muslim Indonesia, Dewi Loges dan Saraswati Yogyantiningtyas, yang tinggal di Alaska, AS, berpuasa dengan mengikuti waktu Makkah, sesuai dengan ketetapan masjid setempat. Hal ini disebabkan oleh iklim Alaska yang ekstrem, yang menjadi tantangan saat berpuasa.
Selama masa pandemi COVID-19 dampak ekonomi masih dirasakan oleh sebagian warga diaspora Indonesia di kota New York. Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia New York mengadakan Program Peduli Ramadan yaitu dengan memberikan bantuan berupa makanan kepada warga diaspora di sekitar kota New York.
Tunjukkan lebih banyak