Tautan-tautan Akses

Zarinah Shakir, Aktivis Komunitas Lintas Agama di Washington DC


Ibadah shalat tarawih berjamaah di Masjid Muhammad, Washington, DC. Zarinah Shakir adalah salah satu aktivis di Masjid Muhammad ini.
Ibadah shalat tarawih berjamaah di Masjid Muhammad, Washington, DC. Zarinah Shakir adalah salah satu aktivis di Masjid Muhammad ini.

Selain berkiprah di kalangan Muslim, Zarinah Shakir duduk dalam panel direktur organisasi lintas agama 'Interfaith Conference of Metropolitan Washington'.

Zarinah Shakir adalah wajah yang familiar di kalangan masyarakat Muslim dan komunitas lintas agama di ibukota Metropolitan Washington, DC. Dalam setiap penampilan, dia selalu tampak modis dalam busana Muslim yang dikenakannya, lengkap dengan tudung kepala atau selendang yang ia lilitkan secara khas di kepalanya.

Dalam bulan Ramadan ini, tidak berarti kegiatannya mengendur. Ia tetap sibuk dengan bisnis media yang dikelolanya, memberi ceramah di sana-sini, dan mengelola kegiatan Ramadan di Masjid Muhammad, di daerah di mana ia tinggal, di persimpangan Jalan 4 dan Jalan P di seksi baratlaut kota Washington, DC.

Zarinah mengutarakan: “Di Masjid Muhammad, setiap malam disajikan iftar, di mana warga masyarakat, warga Muslim dan non-Muslim, dipersilahkan datang jika berkenan bergabung bersama kami. Kami menyediakan makanan untuk orang banyak,” begitu kata Shakir.

Jemaah yang datang ke Masjid Muhammad sebagian besar adalah warga kulit hitam. Meskipun demikian, untuk mengantisipasi dan menyambut warga dari etnis lain yang datang, panitia Ramadan menyajikan hidangan yang bersifat internasional silih-berganti, sekali dalam sepekan.

Zarinah menambahkan: “Setiap hari Jumat, panitia mengatur agar setiap jemaah membawa makanan yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan untuk buka puasa malam itu. Misalnya hidangan makanan Amerika. Minggu berikutnya, mungkin ditentukan hidangan ala Meksiko, hidangan kuliner Afrika Barat, dan kemudiannya lagi masakan Timur Tengah.”

Mengenai aktivitas solat tarawih yang menjadi ciri khas bulan suci Ramadan, Zarinah menyampaikan: “Masjid memiliki seorang hafiz yang memimpin solat tarawieh. Sementara kita menyongsong berakhirnya bulan suci, kita akan memperingati malam Lailatul Qadar, di mana seluruh malam hingga menjelang subuh, sang hafiz akan mengumandangkan doa puja dan puji, kesemuanya dalam bahasa Arab.”

Zarinah Shakir, aktivis masjid Muhammad di Washington DC yang juga aktif di komunitas lintas agama.
Zarinah Shakir, aktivis masjid Muhammad di Washington DC yang juga aktif di komunitas lintas agama.

Zarinah Shakir lahir dalam keluarga kulit hitam beragama Kristen, yang kemudian memeluk agama Islam lebih dari tiga puluh tahun lalu, pada masa warga kulit hitam giat-giatnya bangkit dan berbondong-bondong memasuki organisasi “Nation of Islam” yang dipimpin oleh tokoh kulit hitam Elijah Muhammad. Masa itu, kenang Zarinah, mereka selalu berpuasa dalam bulan Desember, walaupun bulan Ramadan jatuh pada bulan-bulan lain.

Perlahan-lahan di bawah kepemimpinan putera Elijah Muhammad, yaitu almarhum Imam Warith Deen Muhammad, kaum Muslim hitam mempelajari ajaran agama Islam yang sebenarnya, untuk kemudian mempraktekkannya sebagaimana yang dianut oleh kaum Muslim di seluruh dunia. Kini komunitas Masjid Muhammad berkiprah sebagaimana masjid-masjid di Amerika yang lain.

Menyambut Hari Raya Idul Fitri ini, Zarinah mengutarakan: “Kita semua menanti Hari Raya Idul Fitri, setelah berpuasa selama 29 atau 30 hari. Kita gembira akan bertemu semua handai-tolan. Biasanya kita berkumpul dengan beberapa keluarga Muslim dari berbagai suku bangsa,” begitu ujar Shakir.

Bagaimanakah komunitasnya merayakan Hari Raya Idul Fitri? Apakah saling berkunjung ataukah merayakannya bersama secara masal di satu tempat? Zarinah menimpali: “Dua-duanya kami lakukan. Banyak di antara kami berhimpun di satu rumah keluarga, dengan membawa berbagai macam makanan dan hadiah bagi anak-anak, bahkan juga untuk orang dewasa.”

Ditanyakan pula, bagaimana tradisi pelaksanaan sholat Id di Masjid Muhammad, Zarinah Shakir memaparkan suatu kebiasaan yang tidak lazim, yang lebih mencerminkan keterbukaan budaya Amerika.

“Acapkali kelompok Muslim yang berasal dari budaya lain melakukan ibadah shalat secara terpisah antara pria dan wanita, entah dengan jemaah wanita berada di belakang jemaah pria, atau berada di ruang lain. Tetapi di Masjid Muhammad, kami tidak dipisahkan. Tidak ada tabir, tidak ada dinding pemisah, tak ada pintu. Kami melaksanakan sholat bersama dalam satu ruang, hanya saja terpisah secara kelompok. Dan kami dapat melihat Imam secara langsung sewaktu ia menyampaikan khutbah,” demikian ungkap Zarinah.

Selain berkiprah di kalangan Muslim, Zarinah Shakir duduk dalam panel direktur organisasi lintas agama “Interfaith Conference of Metropolitan Washington.” Sepuluh hari setelah Hari Raya Idul Fitri nanti, organisasi ini akan turut mensponsori acara tahunan “Unity Walk” atau jalan bersama di kalangan penganut berbagai agama di Washington, DC, untuk menunjukkan rasa persatuan dalam memperingati tragedi 11 September.

XS
SM
MD
LG