Di pelabuhan Piraeus hari Minggu (18/6), ratusan pengunjuk rasa berbaris di markas penjaga pantai Yunani dan badan perbatasan Uni Eropa, Frontex mereka memegang spanduk bertuliskan "pembunuh".
Kapal karam yang berisi migran dan paling mematikan di Yunani dalam beberapa tahun itu, memicu tuduhan bahwa pihak berwenang tidak berbuat banyak untuk membantu.
Kapal berlayar dari Libya dengan 750 migran di dalamnya. Rekaman video diambil dari pesawat Frontex, menunjukkan kapal itu di lepas pantai Yunani pada pagi hari tanggal 13 Juni. Penjaga pantai Yunani mengatakan, awalnya kapal itu berada di jalur yang stabil menuju Italia sehingga tidak melakukan campur tangan. Kemudian penjaga pantai mengatakan, berusaha membantu kapal migran itu dengan memasang tali - tetapi mengklaim para migran itu melepaskan ikatannya.
Kapal itu tenggelam malam harinya di perairan Yunani. Banyak orang yang selamat mengatakan, kapal kehilangan tenaga selama beberapa jam sebelum tenggelam. PBB menyerukan penyelidikan – permintaan yang digemakan oleh kelompok hak asasi manusia yang mengatakan kesaksian para penyintas bertentangan dengan versi peristiwa penjaga pantai.
Kondylia Gogou dari Amnesti Internasional mengatakan, “Para penyintas mengatakan tali yang diberikan itu dan pemahaman mereka adalah bahwa penyebab kecelakaan adalah tali yang mengikat itu. Kemudian kapal salah belok dan tenggelam. Menurut kami, sangat penting untuk melakukan penyelidikan yang tepat, independen, dan efektif. Anda dapat melihat dari foto-foto bahwa kapal itu tidak layak untuk berlayar. Jadi Anda wajib turun tangan, ini tugas Anda. Dan ada kegagalan, ada penundaan.”
Yunani terus bersikeras bahwa para migran tidak meminta pertolongan dan tidak dalam bahaya sampai kapalnya tenggelam.
Polisi Yunani telah menangkap sembilan tersangka, semuanya warga negara Mesir yang diyakini berada di kapal tersebut. Para pengecam mengatakan kebijakan migrasi Eropa juga harus disalahkan.
“Selama kita tidak memiliki kebijakan yang memadai di Uni Eropa untuk rute yang aman dan legal, perjalanan (migran) berbahaya semacam itu akan terus berlanjut,” tambah Gogou.
Para penyintas dibawa ke kamp migran di daratan ini. Di tengah kesedihan, terkadang ada saat kegembiraan ketika para penyintas dipersatukan kembali dengan orang-orang tercinta. Tetapi ratusan orang yang hilang diduga tewas. Orang yang mereka cintai menuntut kebenaran dan keadilan. [ps/jm]
Forum