Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan staf ahli dan perlengkapan telah dikirim ke Republik Demokratik Kongo bagian timur laut untuk memulai segera proses pemberantasan wabah Ebola baru. Wabah virus terbaru yang mematikan ini di Kongo diumumkan sekitar seminggu yang lalu.
Ebola merupakan sebuah ancaman yang terus-menerus di Republik Demokratik Kongo karena virus ini tumbuh subur di kawasan hutan lebat. Wabah kali ini adalah yang ke-10, yang terjadi sejak virus pertama ditemukan pada tahun 1976.
WHO mengatakan wabah baru di provinsi Kivu Utara ini berjarak 2.500 kilometer dari Provinsi Equateur, tempat terjadinya wabah sebelumnya, dan tidak ada kaitan antara keduanya.
Juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan Kementrian Kesehatan Republic Demokratik Kongo memberitahu WHO Rabu lalu bahwa empat di antara enam sampel yang diambil di North Kivu di-tes positif terkena virus Ebola. Dia mengatakan sangat penting untuk mendapatkan akses ke daerah itu secepat mungkin.
Virus itu ditemukan di sebuah desa dekat kota Beni di North Kivu, yang menampung lebih dari satu juta pengungsi. Provinsi ini berbatasan dengan Rwanda dan Uganda, sementara perpindahan lintas batas banyak terjadi karena ramainya perdagangan.
Tarik Jasarevic mengatakan WHO akan bekerja dengan negara-negara tetangga ini dalam upaya mencegah virus ini melintasi perbatasan.
Dia mengatakan mengidentifikasi jenis virus Ebola yang berpindah-pindah ini merupakan sebuah prioritas, karena hal itu akan memberi tahu para ilmuwan apakah vaksin yang digunakan untuk ikut mengekang wabah di provinsi Equateur tersebut juga dapat digunakan di Kivu Utara. [rw/is]