Meski pemerintah berupaya mencukupi pasokan makanan dan minuman selama Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri, makanan dan minuman ilegal serta kadaluwarsa tetap saja marak. Menurut Dirjen Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan, Widodo, di Jakarta, Jumat, pemerintah memperkirakan tahun ini makanan dan minuman ilegal serta kadaluwarsa meningkat dibanding tahun lalu sesuai terus meningkatnya kebutuhan masyarakat. Pemerintah berharap masyarakat waspada terhadap situasi tersebut.
“Dapat informasi dari tingkat pengecer kemudian ditelusur yang temuannya menurut saya cukup besar," kata Dirjen Widodo.
Sementara menurut Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM, Roy Sparinga pihaknya bersama instansi terkait akan terus meningkatkan pengawasan makanan dan minuman terutama selama Ramadan hingga Idul Fitri karena periode tersebut berpotensi beredarnya makanan dan minuman ilegal serta kadaluwarsa.
“Kami sekarang ke hulunya bersama lintas sektor, kalau masih dari retail agak sulit karena kita sampaikan ada nomor tapi nyatanya palsu,” kata Roy Sparinga.
BPOM mencatat pada tahun 2011 sekitar 50 produk ilegal beredar di Indonesia diantaranya produk makanan dan minuman. Angka tersebut melonjak signifikan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 837 produk.
Khusus untuk makanan dan minuman, selain merugikan masyarakat sebagai konsumen, BPOM mencatat sepanjang bulan Ramadan hingga Idul Fitri 2013 negara dirugikan sekitar Rp 12 milyar akibat peredaran makanan serta muninam ilegal dan kadaluwarsa. BPOM juga menyiapkan sanksi bagi distributor yang melanggar, mulai dari peringatan tertulis hingga sanksi pidana serta memusnahkan produk ilegal dan kadaluwarsa.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Doddy Zulverdy mengatakan, meski sulit mengharapkan terjadi deflasi, pada bulan menjelang Ramadan yaitu bulan Juni 2014 akan terjadi inflasi rendah karena pemerintah berhasil menekan kenaikan harga beberapa kebutuhan panga. Diharapkan setelah Ramadan dan Idul Fitri inflasi tetap rendah sehingga pada akhir tahun inflasi sesuai target yaitu pada kisaran 5 persen hingga 5,5 persen. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat sejak Januari hingga Mei 2014 inflasi mencapai 1,56 persen.
“Inflasi bulan Juni dan lima tahun terakhir itu sekitar 0,56 month to monthnya rata-rata lima tahun terakhir, prediski kami bulan Juni ini 0,3-0,4 itu artinya masih dibawah rata-rata historisnya selama ini,” jelas Doddy Zulverdy.
Meski pemerintah menegaskan kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok menjelang bulan Ramadan masih wajar, pada kenyatannya kenaikan terjadi signifikan terutama untuk komoditas cabai, bawang, telur, ayam potong dan daging.