Gerakan politik yang memperjuangkan pencalonan Fernando Villavicencio, yang tewas ditembak lima hari lalu setelah menghadiri kegiatan kampanyenya, mengumumkan pada hari Minggu (13/8) bahwa mereka telah memilih jurnalis Christian Zurita untuk menggantikan posisi mendiang Villavicencio sebagai calon presiden pada pilpres Ekuador mendatang.
Para pemimpin Gerakan Bangun Ekuador mengaku dalam konferensi pers bahwa mereka memutuskan untuk memilih Zurita sebagai capres pada saat-saat terakhir, karena “tidak kunjung adanya” kejelasan dari Dewan Pemilihan Nasional (CNE) terkait keputusan awal mereka untuk mengajukan cawapres Villavicencio, Andrea Gonzalez, sebagai capres, yang memicu kontroversi.
Zurita mengatakan, “pembalasan dendam terhadap para mafia di negara ini adalah dengan memilih Fernando Villavicencio (yang fotonya ada dalam surat suara).”
Zurita dan Gonzales menyampaikan pernyataan mereka sambil mengenakan rompi polisi antipeluru.
CNE masih harus memberikan persetujuan terhadap pencalonan Zurita.
Jika ditolak, maka Zurita tidak akan mengikuti debat capres Minggu (13/8) malam waktu setempat, di mana ketujuh capres akan saling berhadapan.
Gonzales, aktivis lingkungan berusia 36 tahun, akan tetap menjadi cawapres, menurut Gerakan Bangun Ekuador.
Zurita adalah wartawan yang telah lama berkarier di media cetak dan televisi nasional. Memiliki keahlian dalam liputan investigasi, ia pun mendirikan dua portal berita digital.
Villavicencio sendiri bukanlah capres yang diunggulkan, namun pembunuhannya di siang bolong kurang dari dua minggu sebelum pemilihan presiden khusus mengejutkan negara itu dan menunjukkan bagaimana tingkat kejahatan yang melonjak akan menjadi tantangan yang harus dihadapi pemimpin Ekuador berikutnya.
Kekerasan yang terkait dengan geng dan kartel telah merenggut ribuan nyawa dalam beberapa tahun terakhir. [rd/lt]
Forum