Tautan-tautan Akses

Warga Kulit Putih Afrika Selatan Tolak Tawaran Imigrasi Trump


Kombinasi foto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa.
Kombinasi foto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa.

Tawaran Presiden AS Donald Trump untuk menampung kembali warga kulit putih Afrika Selatan sebagai pengungsi yang lari dari penganiayaan mungkin tidak akan memicu gelombang pendatang sebagaimana yang diperkirakannya, karena kelompok lobi kulit putih sayap kanan sekalipun ingin “mengatasi ketidakadilan” pemerintahan mayoritas kulit hitam di negara asalnya.

Trump pada hari Jumat (7/2) menandatangani sebuah instruksi presiden untuk memangkas bantuan AS ke Afrika Selatan, dengan mengutip undang-undang pengambilalihan yang ditandatangani oleh Presiden Cyril Ramaphosa bulan lalu guna memperbaiki ketidaksetaraan tanah yang berasal dari sejarah supremasi kulit putih di Afrika Selatan.

Instruksi Trump tersebut mengatur pemukiman kembali “Afrikaner atau warga Afrika kulit putih di Afrika Selatan yang menjadi korban diskriminasi rasial yang tidak adil di AS” sebagai pengungsi.

Afrikaner sebagian besar adalah keturunan kulit putih dari pemukim awal asal Belanda dan Prancis, yang memiliki sebagian besar lahan pertanian di negara itu.

Undang-undang terbaru Afrika Selatan berusaha untuk mengatasi kesenjangan kepemilikan tanah rasial - yang telah menyebabkan tiga perempat tanah milik pribadi berada di tangan minoritas kulit putih - dengan mempermudah negara untuk mengambil alih tanah demi kepentingan umum.

Ramaphosa membela kebijakan tersebut.

Orang kulit putih mewakili 7,2% dari populasi Afrika Selatan yang berjumlah 63 juta jiwa, menurut data badan statistik. Data tersebut tidak merinci berapa banyak yang menyebut diri mereka sebagai orang Afrika.

Penguasa Inggris di Afrika Selatan memberikan sebagian besar lahan pertanian kepada orang kulit putih.

Pada tahun 1950, Partai Nasional era Apartheid menguasai 85% tanah, memaksa 3,5 juta orang kulit hitam meninggalkan rumah mereka.

Kongres Nasional Afrika (ANC) pimpinan Ramaphosa, partai terbesar dalam koalisi yang berkuasa, mengatakan bahwa Trump meningkatkan informasi keliru yang disebarkan oleh AfriForum, kelompok yang dipimpin oleh Afrikaner.

Kelompok ini, yang melobi pemerintahan Trump sebelumnya untuk memperjuangkan kepentingan mereka, mengatakan bahwa mereka tidak akan menerima tawaran tersebut.

Secara terpisah, Gerakan Solidaritas - yang mencakup AfriForum serta serikat kerja perdagangan Solidaritas dan mewakili sekitar 600.000 keluarga Afrikaner dan 2 juta orang - menyatakan komitmennya terhadap Afrika Selatan.

Perwakilan dari Orania, sebuah daerah kantong khusus Afrikaner di jantung negara itu, juga menolak tawaran Trump.

Kebijakan pertanahan Afrika Selatan sejak berakhirnya apartheid tidak pernah melibatkan penyitaan paksa terhadap tanah milik orang kulit putih.

Namun, sebagian orang mengatakan bahwa mereka menghargai tawaran Trump. [my/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG