Hindu adalah agama minoritas di Amerika yang sebagian besar umatnya berasal dari Asia Selatan terutama India, Nepal, Srilanka serta Bali, Indonesia. Masing-masing komunitas ini merayakan hari raya keagamaan dengan keunikan masing-masing. Hari Minggu (28/7), warga Hindu-Bali yang tergabung dalam kelompok Banjar Bali USA merayakan Galungan bersama.
Hari raya Galungan jatuh pada pada hari Rabu 24 Juli 2019 lalu, namun warga Hindu Bali di tiga negara bagian AS; Washington DC, Maryland dan Virginia yang disingkat DMV, merayakannya kembali dengan persembahyangan bersama pada hari Minggu.
Kadek Hemawan adalah Ketua Banjar Bali USA.
"Kami mengadakan perayaan Galungan pada hari ini, karena kebetulan hari ini hari Minggu, jadi warga Banjar Bali bersedia hadir di acara ini. Sebenarnya Galungan jatuh pada hari Rabu kemarin tapi hari ini masih merupakan bagian dari perayaan Galungan dan Kuningan yang akan jatuh pada hari Sabtu mendatang," katanya.
Umat Hindu Bali merayakan Galungan setiap 210 hari sekali dengan menggunakan perhitungan kalender Saka Bali sejak abad ke 8 Masehi. Galungan merupakan perayaan Dharma (Kebaikan). Perayaan ini hampir serupa dengan perayaan Deepawali (Festival Cahaya) yang diperingati oleh umat Hindu, India.
Umat Hindu Bali di DMV berjumlah hanya sekitar 15 kepala keluarga, kurang dari 100 orang. Meski belum memiliki Pura sendiri namun warga gembira bisa bersembahyang bersama dipimpin ketua komunitas di rumah-rumah umat secara bergilir. Tahun ini Galungan dirayakan di kota Gaithersburg, Maryland di rumah warga Ika Inggas.
"Pas acara Galungan seperti ini kita ingin bisa berkumpul, kalau di Bali ada Pura, ada pura-pura keluarga tapi kita di sini keluarga besar dan belum ada pura ya di rumah sendiri bisa jadi tempat kita berkumpul, bersembahyang karena Tuhan ada di mana-mana," ujarnya.
Perayaan Galungan di DMV kali ini dimeriahkan penampilan para musisi Gamelan Amerika dari kota Richmond, mengiringi puja persembahyangan warga dengan gamelan gender.
Andy McGraw adalah asisten profesor jurusan Etnomusikogi dan pemimpin gamelan Universitas Richmond. Ia bersama tiga musisi lainnya menempuh perjalanan cukup jauh untuk bisa merayakan Galungan bersama warga Hindu-Bali.
"Sangat menyenangkan, seperti menjadi bagian dari keluarga, saya kira ada elemen mengenai Hindu Bali yang bisa dipahami dari latar belakang agama yang berbeda, meskipun saya dibesarkan dari agama Kristen, tapi ada elemen yang bisa saya pahami, dan ada rasa kebersamaan, berkumpul ada musik dan ada makanan. Sebagian besar agama memiliki unsur tersebut. Jadi rasanya menenteramkan," tutur Andy.
Umat dan warga tidak hanya melakukan persembahyangan, namun juga mewujudkan toleransi dengan warga Amerika lainnya yang menghadiri perayaan Galungan ini. (my/jm)