Warga Israel keturunan Arab telah menyampaikan kemarahan atas komentar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu baru-baru ini yang mengatakan Israel "bukan sebuah negara bagi semua warganya." Sebagian warga Arab Israel menyerukan memboikot pemilihan Israel.
Masalah itu pertama kali muncul di Instagram ketika aktris dan model Rotem Sela memposting: "Kapan seseorang di dalam pemerintahan akan menyampaikan kepada publik bahwa Israel adalah negara bagi semua warganya."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan cepat membalas “Rotem yang terhormat, koreksi penting: Israel bukan negara bagi semua warganya. Menurut hukum negara yang kita sahkan, Israel adalah negara-bangsa dari orang-orang Yahudi bukan yang lainnya.”
Perdebatan itu terjadi kurang dari dua bulan sebelum pemilihan Israel dan membuat marah warga Arab Israel, yang merupakan 20 persen pemilih Israel.
Perdebatan itu muncul setelah komisi pemilihan Israel mengatakan bahwa satu partai Arab, Balad, tidak bisa mencalonkan diri dalam pemilihan karena anggotanya diduga mendukung terorisme, tuduhan yang ditolak partai itu. Pada saat yang sama, komisi pemilu menyetujui seruan partai ekstremis Yahudi agar orang Arab meninggalkan Israel.
Aida Toumi Sliman, seorang anggota Knesset, parlemen Israel keturunan Arab mengatakan pemilihan itu sangat penting bagi masa depan demokrasi di Israel.
"Pemerintah selanjutnya akan menentukan apakah negara ini akan sedikit mengarah pada situasi demokrasi HAM yang setara ataukah menjadi rezim apartheid dengan sistem hukum yang mendukung praktek rezim apartheid," kata Sliman.
Ia mengatakan partainya mengajukan banding ke Mahkamah Agung terhadap keputusan untuk melarang partai Arab Balad. [my]