Protokol Kyoto menuntut komitmen negara-negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sampai jumlah tertentu menjelang tahun 2012, tetapi upaya untuk merundingkan penggantinya telah tertunda sejak kegagalan konferensi iklim di Copenhagen dua tahun lalu.
Perdebatan sebelumnya telah dipusatkan pada cara menyeimbangkan tanggung-jawab negara-negara maju dengan negara-negara yang baru maju dan negara yang masih berkembang. Perhatian kemungkinan akan terpusat kepada dua negara penyebab polusi tersebesar di dunia, yakni, Amerika dan Tiongkok.
Hanya sedikit yang percaya bahwa konferensi ini akan menghasilkan kesepakatan baru tapi para delegasi Senin ini mengatakan mereka memiliki harapan.
Richard Muyugi dari Tanzania berpendapat negara-negara akan mengatasi berbagai tantangan dalam perdebatan tersebut.
Sementara wakil dari Bolivia, Diego Balanza mengatakan para delegasi telah bergerak dari kegagalan konferensi iklim sebelumnya.
Sebelumnya bulan ini, Presiden Amerika Barack Obama mengatakan Amerika akan menggunakan pertemuan itu untuk mendesak negara-negara yang ekonominya baru maju agar berbuat lebih banyak untuk menanggulangi pemanasan global. Obama memperingatkan bahwa negara-negara ekonomi maju tidak dapat melakukannya sendirian.
Tetapi pekan ini, Tiongkok meminta kepada negara-negara maju agar memikul tanggung-jawab mengurangi banyak emisi karbon, dengan mengatakan mereka harus bertanggung-jawab atas emisi gas yang menaikkan suhu global selama 200 tahun yang lewat, dan bahwa negara-negara berkembang kekurangan sumber-daya untuk mengambil langkah yang sama.
Konferensi ini juga akan mempertimbangkan cara-cara untuk mengumpulkan $ 100 miliar per tahun untuk Dana Iklim Hijau, yang bertujuan untuk membantu negara-negara mengatasi pemanasan global.