Organisasi Kesehatan Pan Amerika atau PAHO hari Jumat (22/6) menggambarkan sistem perawatan kesehatan Venezuela yang suram, menyerukan tindakan segera untuk menghentikan penularan campak dan difteri di tengah krisis yang semakin parah yang menyebabkan banyak dokter meninggalkan negara itu.
Benua Amerika dinyatakan bebas campak pada tahun 2016, tetapi penyakit yang disebarkan virus itu, menyebabkan pneumonia, pembengkakan otak dan kematian, merebak lagi di Venezuela tahun lalu, menurut PAHO, yang merupakan kantor perwakilan wilayah WHO.
Kasus pertama dikukuhkan pada Juli 2017, tetapi pada Juni 2018 angka tersebut telah meningkat menjadi 2.285. Para penderitanya terdapat di 21 dari 24 negara bagian Venezuela dan di ibu kota federal.
Dalam laporannya, PAHO mengatakan perebakan itu disebabkan kurangnya cakupan vaksin, sehingga banyak penduduk yang rentan terkena," serta pemantauan dan manajemen yang tidak memadai.
Juga ada wabah besar difteri, infeksi bakteri yang membuat orang sulit bernapas dan dalam kasus yang parah bisa menyebabkan kerusakan jantung dan saraf. Tercatat ada 1.086 orang yang terkena difteri dari tahun 2016 sampai 2018, dan tingkat kematiannya sebesar 14,7 persen.
Sementara itu, penyakit malaria meningkat hampir empat kali lipat dari 2015 hingga 2017, dengan 406.289 penderita.
Pemerintahan sosialis Presiden Nicolas Maduro berada di tengah krisis yang semakin mendalam dan terbatasnya bahan makanan dan obat-obatan. [ps/ii]