Uni Afrika mengatakan tidak akan lagi menengahi pembicaraan untuk mengembalikan transisi Sudan ke jalurnya setelah kudeta militer Oktober. Alasannya, boikot sipil telah membuat mereka "tidak jujur".
"Uni Afrika tidak bisa melanjutkan diskusi yang tidak jujur dan tidak jelas ini yang mengesampingkan peserta atau memperlakukan mereka dengan cara yang tidak adil," kata duta besar blok itu untuk Sudan, Mohammed Belaiche, kepada wartawan Selasa malam (22/6).
Uni Afrika menangguhkan Sudan setelah militer menggulingkan pemerintah transisi sipil-militer pada 27 Oktober. Pemerintahan dibentuk setelah disingkirkannya presiden Omar al-Bashir yang lama berkuasa oleh tentara pada 2019.
Banyak donor asing memotong bantuan, yang menyumbang 40 persen dari pendapatan negara, mendorong pemimpin militer Abdel Fattah al-Burhan untuk menyetujui pembicaraan yang diluncurkan oleh PBB, Uni Afrika, dan blok Afrika Timur IGAD awal bulan ini. Tetapi pembicaraan itu dirusak boikot oleh semua pemain sipil yang signifikan, termasuk partai-partai politik yang mapan di Sudan dan kelompok-kelompok yang lahir dari protes massa yang menyebabkan tergulingnya Bashir.
Sejak utusan Amerika gagal membujuk warga sipil untuk memberi kesempatan pembicaraan, proses itu telah ditunda tanpa batas waktu. [ka/uh]