Turki memperingati kudeta militer yang gagal tiga tahun lalu pada Senin (15/7), sementara perselisihan mengenai kudeta gagal itu memperdalam perpecahan politik di negara itu dan mengakibatkan hubungan yang tegang dengan sekutu-sekutu Baratnya.
Presiden Recep Tayyip Erdogan menghadiri acara di ibu kota Ankara untuk memperingati peristiwa upaya kudeta 15 Juli 2016. Dia mengunjungi markas besar angkatan bersenjata, tempat terjadinya pertempuran berdarah.
Pada malam hari, Erdogan berpidato di hadapan ribuan orang di bandara Ataturk, Istanbul.
"Pada 15 Juli (tiga tahun lalu), komplotan kudeta ingin mengubur Turki ke dalam kegelapan, tetapi gagal," katanya. "Allah menghancurkan perangkap mereka."
Kehadiran Erdogan di bandara pada malam kudeta yang gagal, secara luas dilihat sebagai titik balik di mana ia saat itu berhasil menghimpun dukungan. Pada hari kudeta yang gagal, ia sedang berlibur di sebuah resor Turki dan nyaris tertangkap oleh pasukan militer yang membelot.
Gedung parlemen dan istana presiden dibom. Lebih dari 250 orang tewas, dan ribuan lainnya terluka. Sebagian besar korban adalah warga sipil tak bersenjata yang menentang kudeta.
Pengamat mengatakan, Erdogan akan mencoba menggunakan peringatan kudeta itu untuk mengkonsolidasikan basis pendukungnya, di tengah ketidakpuasan yang berkembang dan kemunduran partainya dalam pemilu baru-baru ini. [ps/pp]