Tautan-tautan Akses

Tulisan “Black Lives Matter” di Jalan Depan Gedung Putih Dihapus


Pekerja konstruksi menghapus tulisan berukuran besar "Black Lives Matter” di sebuah jalan utama, dekat Gedung Putih, hari Senin (10/3).
Pekerja konstruksi menghapus tulisan berukuran besar "Black Lives Matter” di sebuah jalan utama, dekat Gedung Putih, hari Senin (10/3).

Sejumlah pekerja konstruksi pada hari Senin (10/3) mulai menghapus tulisan berukuran besar "Black Lives Matter” di sebuah jalan utama, satu blok dari Gedung Putih ketika Walikota Washington DC Muriel Bowser berjuang untuk menghindari kecaman sengit tentang perambahan dari Presiden Donald Trump dan Kongres yang dikuasai Partai Republik.

Bowser menyampaikan tentang perubahan itu di platform sosial X minggu lalu, dengan menulis: “Mural ini menginspirasi jutaan orang dan membantu kota kami melewati masa-masa yang menyakitkan, tapi sekarang kami tidak lagi terganggu oleh campur tangan Kongres yang tidak berarti. Dampak buruk dari pemutusan hubungan kerja federal harus menjadi perhatian utama kami.”

Langkah ini menunjukkan perubahan sikap Bowser yang mencolok terhadap Trump dan Partai Republik di Kongres sejak masa jabatan pertama presiden.

Pembunuhan George Floyd Jadi Pemicu

Bowser, seorang Demokrat, memerintahkan pembuatan tulisan berukuran besar di jalan itu dan mengganti nama persimpangan tersebut menjadi “Black Lives Matter Plaza” sebagai tindakan pembangkangan publik pada Juni 2020. Hal itu dilakukan setelah berhari-hari demonstrasi yang berakhir ricuh di lokasi tersebut memprotes kebrutalan polisi pasca pembunuhan George Floyd oleh personel polisi di Minneapolis.

Pendekatan Bowser terhadap protes di ibu kota AS itu membuatnya berkonflik langsung dengan Trump.

Trump, yang saat itu menjabat sebagai presiden, menuduh Bowser kehilangan kendali atas kotanya dan mengancam akan menggunakan kekuasaannya untuk mengambil alih Departemen Kepolisian Metropolitan. Ia tidak menindaklanjutkan ancaman itu, tetapi mengumumkan kebijakan penutupan kawasan (lockdown) dengan menggunakan multilembaga miliknya sendiri, yang mencakup helikopter yang terbang di ketinggian rendah untuk mengintimidasi pengunjuk rasa.

Hindari Konflik Terbuka

Di masa jabatan kedua Trump di Gedung Putih, Bowser berupaya menghindari konflik dan mengecilkan setiap pokok pertikaian. Ia pergi ke kediaman Trump di Mar-a-Lago untuk bertemu dengan presiden setelah pemilihannya dan secara terbuka menekankan pokok-pokok persetujuan mereka, seperti keinginan bersama untuk mengembalikan pekerja federal ke kantor-kantor mereka di DC secara penuh.

Trump baru-baru ini menghidupkan kembali pokok bahasan kampanye yang sering muncul tentang keinginan federal untuk "mengambil alih" ibu kota negara, dengan menggambarkan Washington penuh dengan kejahatan, grafiti, dan perkemahan tunawisma.

Bowser menolak mengomentari laporan bahwa Gedung Putih sedang mempersiapkan perintah eksekutif yang menarget Washington DC. Ia secara terbuka mengatakan ancaman terbesar terhadap apa yang disebut otonomi “Home Rule” adalah "beberapa orang di Kongres." Partai Republik, yang menguasai kedua majelis Kongres, telah berulang kali mengancam akan mencampuri urusan kota dalam skala besar maupun kecil.

Sebuah langkah yang saat ini sedang dibahas di Kongres – yang diberi nama UU Bowser – berupaya untuk mencabut sepenuhnya UU Home Rule tahun 1973 yang memberikan otonomi terbatas kepada ibu kota.

Langkah ini akan menjadi sangat kontroversial dan kemungkinan menguji kekuatan mayoritas Partai Republik di DPR, yang unggul tiga kursi dibanding Partai Demokrat.

Sebagian anggota DPR AS telah menggunakan ketentuan anggaran untuk menarget kebijakan Washington DC mulai dari legalisasi ganja hingga apakah belok kanan saat lampu merah harus legal. Sejumlah anggota Kongres juga telah berbicara di depan umum tentang ketidaksukaan mereka terhadap lukisan jalanan “Black Lives Matter.”

Jadi Bumerang

Sementara Bowser dan Trump sepakat untuk mengembalikan pekerja federal ke kantor mereka, dorongan Trump untuk memangkas tenaga kerja federal sudah mengguncang keuangan kota. Sebuah laporan dari kepala keuangan kota minggu lalu memperkirakan akan terjadi kekurangan anggaran US$1 miliar selama tiga tahun ke depan karena hilangnya ribuan pekerja dari pemerintah federal.

Keberpihakan Bowser kepada aktivis “Black Lives Matter” pada tahun 2020 tidak membuatnya mendapatkan banyak kredibilitas di mata mereka pada saat itu. Afiliasi “Black Lives Matter” setempat menganggap langkah Bowser ketika itu sebagai “pertunjukan yang tidak bermutu” dan mengecam Bowser karena sangat bias terhadap polisi. Aktivis-aktivis yang sama mencemoohnya pada hari Selasa setelah dia mengubah kebijakannya.

Nee Nee Taylor, anggota pendiri afiliasi “Black Lives Matter” di D.C., berbicara kepada Bowser di X pada hari Selasa, dengan mengatakan, "Anda tidak pernah peduli dengan Black Lives Matter. Anda melukis kata-kata itu hanya sekadar performatif." [em/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG