Tautan-tautan Akses

Trump dan Xi akan Bahas Pemberlakuan Tarif terhadap Ekspor Masing-masing


Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan bilateral di sela KTT G20 di Osaka, Jepang, pada 29 Juni 2019. (Foto: Reuters/Kevin Lamarque)
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan bilateral di sela KTT G20 di Osaka, Jepang, pada 29 Juni 2019. (Foto: Reuters/Kevin Lamarque)

Trump mengatakan ia memberlakukan tarif pada ekspor China untuk menekan negara tersebut agar mengambil tindakan guna mencegah penyelundupan fentanil ke AS.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin China Xi Jinping akan segera melangsungkan pembicaraan melalui telepon dengan taruhan besar mengenai aksi saling balas dalam menerapkan tarif, yang diberlakukan masing-masing negara terhadap ekspor negara lain.

Tarif baru sebesar 10% yang diberlakukan Trump untuk barang-barang China mulai berlaku pada Senin (3/2) tengah malam. China dengan cepat membalas hal itu lewat pemberlakuan tarif 15% untuk batu bara dan gas alam cair AS, serta tarif 10% untuk minyak mentah, mesin pertanian, dan sebagian mobil.

Trump pada Senin menangguhkan pemberlakuan tarif 25% untuk sebagian besar ekspor dari dua mitra dagang utama AS lainnya, yaitu Meksiko dan Kanada, selama satu bulan, setelah Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau sepakat untuk meningkatkan upaya menekan aliran fentanil ke Amerika Serikat. Fentanil adalah opioid mematikan yang telah menewaskan ratusan ribu orang Amerika dalam beberapa tahun terakhir ini.

Trump mengatakan ia memberlakukan tarif pada ekspor China untuk menekan negara tersebut agar mengambil tindakan guna mencegah penyelundupan fentanil ke AS. Ia mengidentifikasi China sebagai sumber utama bahan kimia prekursor yang digunakan oleh kartel obat bius Meksiko untuk memproduksi fentanil.

China mengatakan telah mengambil sejumlah langkah untuk menindak industri dan perdagangan obat terlarang.

Trump mengatakan “saya berharap China akan berhenti mengirim kami fentanil, karena jika tidak maka tarifnya akan jauh lebih tinggi.”

Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan pembicaraan telepon antara Trump dan Xi “sedang dijadwalkan dan akan segera dilakukan.”

Perang Dagang AS vs China

Perang dagang di antara Amerika Serikat dan China, dua negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia, terus meningkat sejak tahun 2018 selama masa jabatan pertama Trump. Ketika itu Trump berulangkali menaikkan tarif terhadap barang-barang asal China, yang senantiasa dibalas Beijing.

Sejumlah analis mengatakan kali ini China tampaknya jauh lebih siap. China mulai mengumumkan langkah-langkah baru, tidak saja terkait tarif, dan menjangkau berbagai sektor perekonomian AS. China juga tampak lebih waspada terhadap dampak buruk kenaikan tarif AS tersebut terhadap perekonomiannya, yang rapuh dan sangat bergantung pada perdagangan.

Foto dari udara yang menunjukkan sejumlah kontainer yang berada di pelabuhan di Nanjing, China, pada 4 Februari 2025. (Foto: AFP)
Foto dari udara yang menunjukkan sejumlah kontainer yang berada di pelabuhan di Nanjing, China, pada 4 Februari 2025. (Foto: AFP)

Dalam pernyataan untuk menanggapi pemberlakuan tarif baru AS, Komisi Tarif Dewan Negara China mengatakan “peningkatan tarif secara sepihak oleh Amerika Serikat merupakan pelanggaran serius aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Selain tidak membantu menyelesaikan permasalahannya sendiri, hal tersebut juga merusak kerja sama ekonomi dan perdagangan China-AS.”

Dampak kenaikan tarif China

Namun, dampak pada ekspor AS tampaknya terbatas. Meskipun Amerika Serikat merupakan pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, AS tidak terlalu banyak mengekspor ke China. Menurut Badan Administrasi Informasi Energi AS, pada tahun 2023 AS mengekspor 173,247 juta kaki kubik LNG ke China atau sekitar 2,3% dari total ekspor gas alamnya.

Sementara itu, China mengimpor kurang dari 110.000 kendaraan dari AS pada tahun 2024 lalu. Analis pasar mobil Lei Xing mengatakan kepada Associated Press bahwa tarif itu dapat merugikan General Motors dan Ford. General Motors baru saja menambahkan Chevrolet Tahoe dan GMC Yukon ke jajaran produk yang dijual di China. Sementara Ford mengekspor pick-up Mustang dan F-150 Raptor.

Selain kenaikan tarif, China juga mengumumkan pengendalian ekspor beberapa elemen penting untuk produksi produk modern berteknologi tinggi.

Elemen-elemen itu mencakup tungsten, tellurium, bismuth, molybdenum dan indium, yang sebagian besar ditetapkan sebagai mineral penting oleh Survei Geologi AS. Hal itu berarti elemen-elemen tersebut sangat penting bagi ekonomi atau keamanan nasional AS yang memiliki rantai pasokan yang rentan terhadap gangguan. Kontrol ekspor tersebut merupakan tambahan dari kontrol yang diterapkan China terhadap sejumlah elemen kunci seperti galium pada bulan Desember lalu.

China selidiki dua perusahaan AS

Kementerian Perdagangan China juga menempatkan dua perusahaan AS dalam daftar entitas yang tidak dapat diandalkan, yaitu PVH Group yang memiliki perusahaan pakaian Calvin Klein dan Tommy Hilfiger, dan Ilumina, yang merupakan perusahaan bioteknologi yang berkantor di China.

Berada dalam daftar tersebut dapat menghalangi kedua perusahaan itu untuk terlibat dalam aktivitas impor atau ekspor terkait China, atau melakukan investasi baru di sana. Kementerian Perdagangan China mengatakan penyelidikan yang mereka lakukan menunjukkan bahwa PVH Group dan Ilumina telah “mengganggu bisnis normal dengan perusahaan China, melakukan tindakan diskriminatif terhadap perusahaan China, dan sangat merugikan hak-hak sah perusahaan China.”

Beijing mulai menyelidiki PVH Group pada September 2024 atas apa yang digambarkannya sebagai “perilaku tidak pantas terkait Xinjiang,” setelah perusahaan tersebut diduga memboikot penggunaan kapas Xinjiang.

Sementara Ilumina bersaing dengan perusahaan bioteknologi China, BGI, dalam pengurutan gen. Ilumina mengatakan mereka selalu mematuhi peraturan di mana pun mereka beroperasi. [em/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG