Tentu, banyak aspek yang menentukan pernikahan langgeng, atau sukses. Barometer pertama kesuksesan tersebut, menurut Gabriella Panjaitan, adalah ada semacam kesepakatan dari kedua pihak mengenai apa yang ingin dicapai dalam perkawinan mereka. Ini berbeda pada setiap pasangan.
Sebagai Licensed Marriage and Family Therapist di negara bagian California, Gabriella adalah terapis kesehatan mental, perkawinan dan keluarga, yang sehari-harinya menangani masalah keluarga dan isu pernikahan. Ia menambahkan:
Gabriella menyimpulkan bahwa elemen penting menjaga kemesraan dalam pernikahan mencakup kesediaan kita untuk berkompromi, kemampuan berkomunikasi dan memperbaiki diri setelah konflik, prinsip yang sejalan, kesediaan emosional, saling menghormati dan yang paling penting, yaitu persahabatan.
Namun itu tidak cukup, kata Becky Tumewu, sudah menikah 25 tahun dengan Johannes Dermawan setelah lama bersahabat. Menurut Becky, di luar kemesraan, kesabaran dan pengertian adalah kunci, ditambah saling memaafkan dan saling memberi ‘space’ jika diperlukan. Ia mengungkapkan,
“Pelajaran yang paling berharga ternyata dalam pernikahan itu tidak ada yang sempurna. Nah, jadi pada akhirnya kembali ke dasar pemikiran bahwa perkawinan itu bukan sekadar mengandalkan cinta. Sebetulnya justru perkawinan itu kembali pada komitmen, karena kita pernah mengucap janji untuk bersama-sama apapun yang terjadi harus diusahakan. Kecuali ada KDRT, atau ada perselingkuhan berulang. Jadi pada akhirnya kembali pada komitmen awal, nah komitmen itu baru bisa dilaksanakan memang kalau kita memelihara cinta," paparnya.
Bagi pasangan Dwi dan David Anderson yang juga sudah menikah 25 tahun, kemesraan dalam pernikahan dapat ditemukan dalam usaha berkelanjutan untuk mengenal lebih jauh satu sama lain. Menurut Dwi, usia pernikahan seperempat abad belum cukup untuk mengenal pasangan karena banyak hal yang kadang mengejutkan bagi dia dan suami.
“Tapi yang pasti yang paling berharga itu adalah bagaimana kita bisa menghormati pasangan kita satu sama lain. Bagaimana kita bisa saling menghargai pasangan. Itulah yang, buat aku, yang paling berharga yang aku dan suami dapatkan selama kita menikah 25 tahun," kata Dwi.
Tami dan Budhi Pariyesana adalah relawan dalam ‘marriage ministry’ atau pelayanan bimbingan pernikahan pada gereja mereka. Sejak menikah 23 tahun lalu, mereka selalu mengikuti pelayanan gereja bersama dan setelah cukup lama menjadi relawan, mereka diminta untuk memimpin pelayanan bimbingan perkawinan di gereja mereka. Tanggung jawab utamanya adalah memberi ‘premarital counseling’ bagi pasangan yang akan memasuki jenjang perkawinan, serta melatih para counselor lain yang akan memberi bimbingan.
Menurut Tami, bimbingan yang mereka berikan erat hubungannya dengan kedekatan dan kebahagiaan yang ia selalu jaga dengan suami melalui berbagai cara seperti komunikasi, menjaga kepercayaan dan saling mendukung.
“Ibaratnya gini, kalo kita naik pesawat dalam keadaan emergency, kita harus selalu gunakan masker oksigen kita dulu sebelum kita bantu orang lain. Kami percaya, kami bisa berfungsi sebagai orang tua atau couple yang berguna kalau kita berdua secure, nyaman, percaya, dan bahagia satu sama lain," tutur Tami.
Tami menambahkan, ia dan suami selalu mengusahakan agar connection dan kemesraan di antara mereka selalu terjalin. Salah satunya adalah dengan selalu menjadwalkan “date night” untuk berkencan setidaknya dua minggu sekali pada akhir pekan.
“Kadang ‘dinner & movie’ kadang pijat refleksi dan coffee, kadang kita pergi lihat ‘live music’ tapi tidak harus selalu pergi keluar rumah dan tidak harus mewah," katanya.
Kencan seperti ini, penting bagi kemesraan pasangan, kata Gabriella. “Pastikan kita bisa menikmati waktu bersama, karena inilah orang yang akan paling sering berada di sisi kita,” ujarnya.
“Don’t stop dating your partner, I can’t stress that enough, karena you can love someone, but don’t like spending time with them, padahal kalian sudah komitmen. This is the person you’re gonna be spending most of your time with, so make sure you actually like them and you enjoy your time with them. So I think elemen pacaran dan courtship itu musti jalan terus, so in a sense a relationship can be effortful, it takes some work, but also it can be so beautiful,” katanya.
Date night sesuai jadwal selalu diusahakan Tami dan suaminya. Namun, rencana mereka tidak selalu bisa terwujud.
“Seringkali kalau waktu, kesibukan dan ada kebutuhan lain yang perlu diprioritaskan, seperti anak-anak ada ulangan, atau pengeluaran sedang banyak pada bulan tersebut, kami ‘date night’ di halaman belakang rumah. Kami dengarkan lagu-lagu kesukaan kita pakai speaker. Anggap saja lagi ada ‘live music’ gitu ya. Kita siapkan cemilan dan minuman yang ada di rumah saja. Tidak lupa nyalain obat nyamuk," jelas Tami.
Tami mengatakan bahwa anak-anaknya sudah terbiasa dan paham tentang kebiasaan orang tua mereka sehingga mendukung kemesraan papa dan mamanya dan tidak akan menggangu sampai obat nyamuk tersebut habis. [aa/ka]
Forum