Tautan-tautan Akses

Tidak Terpengaruh Norma Sosial, Seorang Perempuan  Irak Dalami Bela Diri


Bushra Abdul Zahra, praktisi tinju dan karate lokal Irak, berpose di depan kamera di sebuah gym di Najaf, Irak, 24 Desember 2021. (REUTERS/Alaa Al-Marjani)
Bushra Abdul Zahra, praktisi tinju dan karate lokal Irak, berpose di depan kamera di sebuah gym di Najaf, Irak, 24 Desember 2021. (REUTERS/Alaa Al-Marjani)

Mengabaikan pandangan konservatif masyarakat, seorang perempuan  Irak mendalami ilmu bela diri, mencetak prestasi, dan bahkan ikut memberdayakan kaumnya.  

Bushra Abdel-Zahra tidak terpengaruh oleh ekspektasi masyarakat konservatif di negaranya ketika ia memutuskan untuk mempelajari tinju dan karate.

Ibu dua anak berusia 36 tahun yang tinggal di kota suci Najaf itu mengatakan ia mengatasi banyak kendala dari keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya yang menentang perempuan mempelajari ilmu bela diri.

“Saya seorang pelatih kebugaran jasmani. Saya telah menjadi pelatih kebugaran dan renang selama 15 tahun. Saya bekerja di gym dan saya ingin mengembangkan diri, jadi saya mulai dengan mempelajari karate. Saya telah mendalami karate selama empat tahun. Alhamdulillah, saya melihat hasil dan mendapatkan sejumlah piala. Saya kemudian memutuskan untuk mempelajari tinju, setelah saya sering menonton olahraga itu di film-film dan YouTube. Saya menggunakan olahraga sebagai cara untuk menyembuhkan diri dan mengembangkan diri," kata Abdel-Zahra.

Tidak Terpengaruh Norma Sosial, Seorang Perempuan Irak Dalami Bela Diri
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:22 0:00

Ia bahkan mengubah salah satu kamar di rumahnya sebagai tempat khususnya mendalami ilmu bela diri itu.

“Ide untuk berlatih di rumah itu muncul karena saya menghadapi sejumlah keterbatasan. Saya bertanggung jawab membesarkan dua anak dan mengurus rumah. Anak-anak membutuhkan saya. Pada saat yang sama, saya juga masih tercatat sebagai mahasiswa. Saya memiliki kamar kosong di lantai tiga. Kamar itu cocok untuk berlatih tinju," jelasnya.

Saadoun Galaoui, pelatih bela diri di tempat berlatih, mengatakan, prestasi perempuan itu menginspirasi banyak perempuan lainnya,“Kami tidak menduga peminatnya membludak. Banyak ibu yang berprofesi dokter, atau lulusan perguruan tinggi, yang ingin putri mereka berlatih di sini. Anda tahu, sebagai negara kita tidak 100 persen aman. Ada perampokan, pencurian mobil dan penyerangan. Jadi banyak perempuan memanfaatkan latihan ini. Ini tidak mudah karena tidak sedikit yang menentang kami,” paparnya.

Abdul Zahra, praktisi tinju dan karate lokal Irak (36 tahun), berlatih bersama putranya di rumahnya di Najaf, Irak, 24 Desember 2021. (REUTERS/Alaa Al-Marjani)
Abdul Zahra, praktisi tinju dan karate lokal Irak (36 tahun), berlatih bersama putranya di rumahnya di Najaf, Irak, 24 Desember 2021. (REUTERS/Alaa Al-Marjani)

Abdel-Zahra berlatih bela diri tidak sekadar untuk menjaga kebugaran tubuhnya, tapi juga mencetak prestasi. Ia meraih sejumlah medali pada berbagai kompetisi nasional dan internasional.

“Tentu saja saya mennghadapi banyak persoalan dengan hobi yang saya pilih ini, terutama karena kita adalah masyarakat yang konservatif. Perempuan selalu diawasi. Ke mana ia pergi, apa yang dilakukan, atau apa yang dipelajari selalu dipertanyakan. Namun, syukurlah, semua kesulitan itu bisa saya atasi, dan saya berhasil mendapatkan medali emas," imbuhnya.

Abdel-Zahra senang karena kini banyak perempuan mengikuti jejaknya. Menurutnya, perempuan penting mempelajari ilmu bela diri. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG