Tautan-tautan Akses

Tes di Rumah Bisa Tingkatkan Pemeriksaan Kanker Serviks


Seorang remaja perempuan menerima suntikan vaksin Human Papillomavirus (HPV) untuk melindungi dari kemungkinan terkena kanker serviks (foto: ilustrasi).
Seorang remaja perempuan menerima suntikan vaksin Human Papillomavirus (HPV) untuk melindungi dari kemungkinan terkena kanker serviks (foto: ilustrasi).

Pemeriksaan di rumah, yang non-invasif untuk pra-kanker serviks bisa meningkatkan kepatuhan dengan tes lanjutan sesuai rekomendasi, demikian menurut penelitian yang dipresentasikan baru-baru ini di sebuah konferensi kanker.

Pemeriksaan baru yang non-invasif baru untuk pra-kanker serviks, yang disebut tes S5, bisa dilakukan di rumah dan didasarkan pada sampel urin atau swab vagina yang bisa dilakukan perempuan di rumah dan dikirim ke laboratorium.

Para peneliti mengamati perubahan dalam DNA yang terkait dengan gen manusia dan empat jenis human papillomavirus (HPV) yang paling berbahaya, infeksi seksual menular yang banyak terkait kanker serviks.

Prosedur ini dikembangkan oleh Belinda Nedjai dari Molecular Epidemiology Lab di Queen Mary University untuk perempuan yang tidak kembali ke klinik setelah hasil tes menunjukkan abnormal.

Ini kata Nedjai biasanya terjadi para perempuan lanjut usia yang merasa pemeriksaan lanjutan menyakitkan.

Tetapi tes ini tidak sedemikian invasifnya dibandingkan tes dengan spekulum, kata Nedjai kepada AFP. Tes juga berlangsung cepat, hanya perlu wajtu beberapa jam untuk pemeriksaan setelah sampel dikirim ke laboratorium.

"Perempuan-perempuan ini bisa mengirim sampel dari swab atau urin dan kami bisa mengujinya," katanya. "Ini akan berguna."

Saat ini, uji terbaik pemeriksaan kanker serviks adalah tes HPV dan pap smear, biasanya setelah hasil tes menunjukkan HPV positif.

Pasien dengan hasil pap smear abnormal kemudian disarankan untuk menjalani pemeriksaan lain, yang disebut kolposkopi.

Pemeriksaan S5 bisa mengurangi jumlah perempuan yang dikirim untuk kolposkopi, kata Nedjai.

Pemeriksaan itu diuji pada 620 pasien di Rumah Sakit Royal London yang memiliki pap smear abnormal atau tes HPV positif.

"Kami menemukan bahwa alat penggolongan S5 - dengan atau tanpa tes HPV - bekerja dengan baik pada sampel urin dan vagina," kata Nedjai, yang menyampaikan temuannya baru-baru ini di Konferensi Kanker National Cancer Research Institute (NCRI) di Glasgow.

"Ini membedakan antara perempuan yang tidak berisiko tinggi pra-kanker dan mereka yang berisiko tinggi."

Pada pasien yang menderita HPV, tes urin S5 mengidentifikasi lebih baik perempuan yang menderita jenis HPV yang lebih berisiko tinggi, kata Nedjai. Sampel vagina juga bekerja dengan baik.

Sebagai tes mandiri pada pasien yang belum di tes HPV, pra-kanker diidentifikasi pada sekurangnya 85 persen kasus positif.

Menurut WHO, ada lebih dari 311.000 kematian akibat kanker serviks pada 2018, dan sekitar 90 persen di negara-negara yang kurang berkembang.

Penelitian ini belum mendapat tinjauan dari sesama ilmuwan. (my/jm)

XS
SM
MD
LG