Taliban mengambil alih satu-satunya hotel mewah di Kabul, Afghanistan, lebih dari sepuluh tahun setelah serangan maut yang menewaskan sembilan orang terjadi di lokasi tersebut.
Hotel Serena mengumumkan pada Jumat (31/1) bahwa mereka akan menghentikan kegiatan operasinya di ibu kota Afghanistan pada 1 Februari, dan Hotel State Owned Corporation akan mengambil alih pengelolaan. Perusahaan ini berada di bawah pengawasan kementerian keuangan pemerintahan Taliban.
Kementerian keuangan belum memberikan komentar terkait hal ini. Baik Serena maupun pemerintah belum menjelaskan mengenai ketentuan yang mendasari perpindahan kepemilikan hotel tersebut.
Taliban pertama kali menyerang Serena pada 2008 dan lagi pada 2014. Penjabat Menteri Dalam Negeri, Sirajuddin Haqqani, mengakui merencanakan serangan pada 2008 yang menewaskan delapan orang, termasuk warga negara Amerika, Thor David Hesla.
Serena, yang dimiliki oleh Aga Khan Fund for Economic Development, menyatakan bahwa mereka melatih ribuan warga Afghanistan, melayani banyak tamu dan delegasi asing, serta menetapkan standar internasional yang tinggi dalam industri perhotelan
Perusahaan tersebut meminta agar pertanyaan diarahkan ke Hotel State Owned Corporation. Kabul kini tidak lagi terdaftar sebagai destinasi di situs web Serena.
Berdasarkan informasi dari situs web kementerian keuangan, misi perusahaan tersebut adalah untuk menghidupkan kembali dan mengembangkan industri perhotelan di Afghanistan. Selain Hotel Serena, perusahaan ini juga mengelola tiga hotel lainnya di Afghanistan, dua di Kabul dan satu di Nangarhar, di bagian timur negara.
Pejabat pariwisata Mohammad Saeed mengungkapkan kepada The Associated Press pada tahun lalu bahwa ia berambisi untuk menjadikan Afghanistan sebagai pusat pariwisata.
Pada saat itu, sebagai upaya untuk menyambut lebih banyak pengunjung internasional, Serena sempat membuka kembali spa dan salon perempuan untuk perempuan asing setelah sempat ditutup selama beberapa bulan. Namun, fasilitas tersebut kemudian ditutup lagi akibat tekanan dari pihak berwenang.
Taliban melarang perempuan mengakses pusat kebugaran, tempat umum seperti taman, serta pendidikan. Tahun lalu, mereka juga memerintahkan penutupan salon kecantikan, dengan alasan bahwa layanan yang diberikan dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. [ah/ft]
Forum