Tautan-tautan Akses

Taiwan: Kebijakan "Satu China" Hambat Bantuan ke Negara-negara Afrika


Presiden Taiwan saat itu, Chen Shui-bian, menerima kunjungan Raja Swaziland Mswati III, di Taipei pada September 2007 (foto: ilustrasi). Taiwan hanya punya hubungan diplomatik dengan dua negara Afrika, Burkina Faso dan Swaziland.
Presiden Taiwan saat itu, Chen Shui-bian, menerima kunjungan Raja Swaziland Mswati III, di Taipei pada September 2007 (foto: ilustrasi). Taiwan hanya punya hubungan diplomatik dengan dua negara Afrika, Burkina Faso dan Swaziland.

Taiwan menyesalkan, kebijakan "satu China" yang dipaksakan Beijing, mencegahnya memberikan bantuan pembangunan yang sangat dibutuhkan ke sebagian besar negara di Afrika.

Taiwan berada dalam posisi diplomatik yang relatif baik di Afrika beberapa tahun lalu. Wakil Sekjen Taiwan untuk Kerjasama dan Pembangunan Internasional, Pai-po Lee mengatakan, ini memungkinkan bagi negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan untuk memperoleh manfaat dari proyek bantuannya.

“Sebelumnya, kami memiliki mitra dengan lebih dari sembilan negara. Misalnya, Senegal, Gambia, Chad, Niger, Liberia, Afrika Tengah, juga Sao Tome Principe. Enam tahun lalu, mereka masih memiliki hubungan dengan Taiwan. Tetapi kemudian mereka bergeser ke China," kata Lee.

Selanjutnya Lee mengatakan, Taiwan telah banyak berinvestasi di wilayah Afrika. Tetapi semua itu pada masa lalu. Ia mengatakan, kini Taiwan memelihara hubungan diplomatik hanya dengan dua negara, Burkina Faso dan Swaziland.

Dia mengatakan, Taiwan telah melakukan program pertanian dan peternakan produktif, serta program kejuruan dan medis di Swaziland sejak 1975.

Adapun dengan Burkina Faso ia mengatakan, proyek irigasi yang sukses di Sungai Kou, yang dimulai pada 1967, berakhir pada 1973. Pada waktu itulah Burkina Faso memutuskan hubungan dengan Taiwan demi menjalin dengan China.

Namun Lee mengatakan kepada VOA, Burkina Faso memulihkan hubungan dengan Taiwan pada tahun 1994. Dia mengatakan, iming-iming bantuan China miliaran dolar tidak cukup kuat untuk mempertahankan negara miskin itu dalam orbit diplomatik Beijing.

“Ini ... berasal dari rakyat Burkina Faso. Rakyat Burkina Faso masih ingat akan pembangunan di Sungai Kou tahun 1967 oleh Taiwan, mereka ingat baik tentang itu. Maka rakyat mendesak pemerintah untuk memulihkan hubungan dengan Taiwan. Jadi, tekanan itu berasal dari rakyat,” tambah Lee.

Sejak proyek pembangunan dimulai kembali di Burkina Faso, pejabat pembangunan Taiwan mengatakan, sistem irigasi di negara itu telah diperluas. Dia mengatakan, satu program sedang berlangsung untuk melatih tenaga perawat dan dokter medis setempat serta program kesehatan ibu dan bayi yang mengalami sukses besar dalam mengurangi kematian ibu dan bayi. [ps/al]

Recommended

XS
SM
MD
LG