Tautan-tautan Akses

Suriah Pasca-Assad: Minoritas Alawit Hadapi Ketidakpastian di Bawah Kendali Pemberontak Islamis 


Anggota pasukan pemberontak berpatroli di wilayah pesisir Latakia, Suriah, pada 10 Desember 2024. (Foto: AFP/Aaref Watad)
Anggota pasukan pemberontak berpatroli di wilayah pesisir Latakia, Suriah, pada 10 Desember 2024. (Foto: AFP/Aaref Watad)

Anggota minoritas Alawit, sebuah cabang dari Islam Syiah, mencakup sekitar 10% dari populasi Suriah yang berjumlah 24 juta orang dan terutama terkonsentrasi di provinsi-provinsi pesisir seperti Latakia dan Tartus, tetapi sejumlah besar orang Alawit juga tinggal di Damaskus dan Homs.

Seruan di seluruh dunia untuk melindungi etnis dan agama minoritas di Suriah semakin meningkat setelah penggulingan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad oleh para pemberontak Islamis. Kekhawatiran terutama tertuju pada masa depan komunitas Alawit, sebuah sekte di mana keluarga Assad berasal.

Serangan cepat yang berujung pada penaklukan Damaskus dipimpin oleh kelompok militan Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS). HTS, yang dikategorikan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, telah berjanji untuk menghormati hak-hak kelompok Alawit dan sejumlah kelompok minoritas agama dan etnis lainnya.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mencatat bahwa janji-janji tersebut sejauh ini umumnya ditepati. Namun, kekhawatiran tetap muncul bahwa begitu pemberontak memperkuat kendali mereka atas negara itu, mereka dapat berbalik melawan komunitas Alawit karena dianggap memiliki hubungan dengan rezim Suriah sebelumnya.

Anggota minoritas Alawit, sebuah cabang dari Islam Syiah, mencakup sekitar 10% dari populasi Suriah yang berjumlah 24 juta orang dan terutama terkonsentrasi di provinsi-provinsi pesisir seperti Latakia dan Tartus, tetapi sejumlah besar orang Alawit juga tinggal di Damaskus dan Homs.

Sejak berkuasa pada tahun 1970, dinasti Assad sangat bergantung pada orang-orang Alawit, yang mengisi banyak posisi militer dan intelijen tingkat tinggi.

Anwar al-Bunni, seorang pengacara hak asasi manusia terkemuka asal Suriah, mengatakan kepada VOA bahwa puluhan tahun pemerintahan brutal di bawah ayah Bashar, Hafez al-Assad, telah menciptakan “ketegangan yang parah dan bahkan mobilisasi terhadap komunitas Alawi.”

Namun, Bunni mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh pemimpin HTS, Abu Mohammad al-Golani, baru-baru ini telah diterima dengan baik di kalangan warga Alawit. Golani mengatakan kepada CNN pada hari Jumat (6/12), “Tidak ada yang memiliki hak untuk menghapus kelompok lain. Sekte-sekte ini telah hidup berdampingan di wilayah ini selama ratusan tahun, dan tidak ada yang berhak menghapusnya.”

“Para pemimpin komunitas Alawit juga telah mengatakan hal-hal positif setelah jatuhnya rezim, tapi ini masih terlalu dini,” kata Bunni. “Mereka mungkin memiliki posisi yang berbeda ketika proses akuntabilitas dan keadilan transisi dimulai.”

Bunni mencatat bahwa ujian sesungguhnya bagi pandangan terhadap komunitas Alawit adalah ketika para pejabat rezim terdahulu diadili atas kejahatan mereka terhadap warga sipil.

“Apakah kepemimpinan komunitas Alawit mendukung inisiatif akuntabilitas di masa depan pada akhirnya dapat menentukan bagaimana warga Suriah lainnya akan melihat mereka dalam konteks Suriah yang demokratis dan bebas,” katanya.

Seorang perempuan menunjukkan bendera oposisi Suriah di kota pesisir Latakia, pada 10 Desember 2024. (Foto: AFP/Aaref Watad)
Seorang perempuan menunjukkan bendera oposisi Suriah di kota pesisir Latakia, pada 10 Desember 2024. (Foto: AFP/Aaref Watad)

Puluhan tokoh terkemuka dari Qardaha, kampung halaman Assad di provinsi Latakia, mengeluarkan sebuah pernyataan pada hari Senin (9/12) yang menyatakan dukungan mereka terhadap penguasa baru di Damaskus dan berjanji untuk bekerja sama sepenuhnya. Tak lama kemudian, video yang diunggah di media sosial menunjukkan patung-patung Assad di Qardaha dijatuhkan.

Seorang warga di Latakia mengatakan kepada VOA bahwa sebuah pertemuan berlangsung pada Senin di Qardaha antara delegasi pemberontak dan para pemimpin komunitas Alawit.

Seorang aktivis Alawit, yang tidak mau disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengonfirmasi pertemuan tersebut, dan mengatakan bahwa pertemuan itu diterima secara positif oleh masyarakat setempat.

“Penting bagi kedua belah pihak untuk terus melakukan pertemuan untuk menciptakan lingkungan yang saling percaya,” ujar aktivis tersebut. “Tidak semua orang Alawit mendukung rezim sebelumnya, dan warga Suriah di tempat lain perlu memahami hal ini.”

David Adesnik, wakil presiden divisi penelitian di Foundation for Defense of Democracies yang berbasis di Washington, mengatakan bahwa HTS memahami pentingnya memproyeksikan citra moderasi.

“Pertanyaan kuncinya adalah apakah HTS menganggap identitas Assad sebagai seorang Alawit sebagai penyebab kebrutalannya yang ekstrem. Jika tidak, tidak ada alasan untuk menyalahkan komunitas Alawit dan melakukan pembalasan,” katanya kepada VOA. “Sebaliknya, HTS dan pemberontak lainnya jelas melihat aliansi abadi Assad dengan Rusia dan Iran sebagai sesuatu yang secara mendasar bermasalah.”

Adesnik mengatakan “HTS dan pihak lain mungkin akan kesulitan untuk memercayai komunitas Alawit atau para pemimpin individu Alawit, namun dengan meminggirkan mereka mungkin akan cukup untuk mengatasi kekhawatiran yang muncul dibandingkan menggunakan kekerasan.”

Telah muncul wacana di kalangan komunitas Alawit yang menyerukan pembangunan wilayah otonomi di sepanjang pesisir Suriah. Namun aktivis Alawit mengatakan seruan tersebut tidak serius.

Adesnik mengatakan pembentukan wilayah otonomi bagi Alawit kemungkinan tidak akan menjadi sebuah opsi, seraya menambahkan, “Wilayah pesisir tersebut khususnya adalah wilayah yang strategis karena menyediakan akses ke Mediterania.”

“Memberikan hak istimewa kepada Alawit juga akan membuka pintu bagi banyak minoritas lain untuk mencari pengaturan khusus, yang merusak kemampuan Damaskus untuk melakukan kontrol,” katanya. “Beberapa pengaturan dengan wilayah Kurdi mungkin tidak dapat dihindari, tetapi saya ragu pemerintah Suriah akan meniru hal itu di tempat lain.” [my/ab/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG