Tautan-tautan Akses

Studi Kaitkan Induksi Kelahiran dan Risiko Autisme


Christopher Astacio membaca bersama putrinya Cristina, 2, yang didiagnosa memiliki autisme ringan.
Christopher Astacio membaca bersama putrinya Cristina, 2, yang didiagnosa memiliki autisme ringan.

Data terakhir dari pemerintah menunjukkan bahwa satu dari lima perempuan Amerika mengalami induksi saat melahirkan, atau dua kali lipat pada 1990.

Perempuan yang mengalami induksi saat melahirkan bayi kemungkinan menghadapi peningkatan risiko bayinya mengidap autisme, menurut sebuah studi baru. Risiko tersebut kemungkinan lebih tinggi jika bayinya laki-laki.

"Induksi saat kelahiran sebelumnya diperkirakan sebagai salah satu faktor pendorong pengembangan autisme," ujar peneliti utama studi tersebut, Simon G. Gregory, wakil profesor kedokteran dan genetika medis di Duke University, AS.

“Namun, studi-studi terdahulu memberikan hasil-hasil yang berlawanan dan jumlah subyeknya relatif sedikit. Studi kami sejauh ini adalah yang terbesar ruang lingkupnya dalam melihat hubungan antara autisme dan induksi atau pemacu kelahiran.

Para peneliti di University of Michigan dan Duke University melihat catatan-catatan semua kelahiran di negara bagian North Carolina selama periode delapan tahun dan membandingkan 625.042 kelahiran dengan catatan sekolah negeri terkait, yang mengindikasikan apakah anak-anak didiagnosa dengan autisme.

Sekitar 1.3 persen anak laki-laki dan 0,4 persen anak perempuan didiagnosa autisme. Baik untuk anak perempuan maupun laki-laki, persentase ibu yang mengalami induksi atau pemacu kelahiran lebih tinggi di antara anak-anak dengan autisme dibandingkan mereka yang tidak memiliki autisme.

Autisme merupakan disabilitas pengembangan yang dapat menyebabkan kesulitan sosial, komunikasi dan perilaku. Kondisi ini mempengaruhi sekitar satu dari 88 anak di Amerika Serikat.

Gregory mengatakan peningkatan risiko yang terkait kelahiran yang diinduksi mirip dengan faktor-faktor risiko autisme lainnya, termasuk ibu yang berumur atau bayi yang lahir sebelum 34 minggu kehamilan. Analisis tambahan menyarankan bahwa tidak melakukan induksi mungkin dapat menghilangkan dua dari setiap 1.000 kasus autisme di antara anak-anak laki-laki yang lahir dari mereka yang menghadapi induksi kelahiran.

Data pemerintah terakhir menyarankan bahwa satu dari lima perempuan di AS telah diinduksi saat melahirkan, atau dua kali lipat dari periode 1990an. Induksi saat melahirkan, menstimulasi konstraksi sebelum kelahiran yang spontan, telah terbukti mencegah komplikasi, termasuk kelahiran mati.

"Penemuan studi ini harus diseimbangkan dengan fakta bahwa ada manfaat yang jelas dari induksi dan pemacuan kelahiran," ujar peneliti lain dalam studi tersebut, Chad A. Grotegut, asisten profesor obstetrik/ginekologi di fakultas kedokteran Duke University.

"Induksi kelahiran, terutama untuk perempuan dengan kehamilan yang telah melewati masa kelahiran atau yang memiliki kondisi medis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi, telah menurunkan secara signifikan peluang kelahiran mati."

Para peneliti memperingatkan bahwa studi tersebut "tidak membuktikan sebab akibat," namun hasilnya mendorong lebih banyak studi mengenai hubungan antara induksi kelahiran dan autisme.

Sebagai contoh, para peneliti mencatat bahwa beberapa informasi yang dapat bermanfaat bagi analisis-analisis mereka, termasuk data rinci mengenai diagnosa autisme anak-anak dan akses terhadap catatan medis ibu dan anak secara penuh.

"Komunitas ilmiah telah lama mencari kontributor lingkungan terhadap peningkatan tingkat autisme di Amerika Serikat," ujar Marie Lynn Miranda, salah satu penulis makalah tersebut dan profesor informatika lingkungan dan kedokteran anak di University of Michigan.

“Studi ini menyediakan bukti awal mengenai kaitan antara autisme dan induksi/pemacu kelahiran, terutama untuk anak laki-laki."

Penemuan tersebut diterbitkan minggu ini di jurnal JAMA Pediatrics.
XS
SM
MD
LG