Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan kekhawatirannya pada hari Senin (10/3) atas meningkatnya kekerasan secara tiba-tiba di wilayah pesisir Suriah, tempat pasukan keamanan telah bentrok sejak hari Kamis dengan orang-orang yang setia kepada mantan presiden Bashar al-Assad, yang menewaskan ratusan warga sipil.
"Pertumpahan darah di Suriah harus segera dihentikan, katanya, dan para pelaku pelanggaran harus dimintai pertanggungjawaban," kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, kepada wartawan.
"Kekhawatiran masyarakat Suriah harus ditangani dengan cara yang berarti," imbuhnya.
Dujarric mengatakan bahwa sekjen PBB khawatir dengan cakupan kekerasan yang termasuk "pembunuhan massal yang meluas, termasuk pembantaian keluarga-keluarga, dan hilangnya salah satu kolega kami dari UNRWA."
Staf dari badan yang membantu pengungsi Palestina itu terjebak dalam baku tembak minggu lalu dalam perjalanan pulang dari tempat kerja selama bentrokan antara kota Homs dan Latakia, kata komisaris jenderal UNRWA.
Para pendukung Assad adalah anggota minoritas Alawite di negara itu, kelompok agama yang sama dengan keluarga Assad.
Pihak berwenang Suriah mengatakan pasukan mereka di wilayah pesisir di dekat kota pelabuhan Latakia diserang secara terencana oleh para loyalis Assad dalam upaya pemberontakan yang kini telah dipadamkan.
Puluhan kombatan dari kedua belah pihak juga dilaporkan tewas dalam pertempuran terburuk sejak otoritas sementara merebut kekuasaan pada pertengahan Desember.
Kepala pemerintahan sementara, Ahmed al-Sharaa, mantan anggota al-Qaeda, mengumumkan pada hari Minggu bahwa akan ada penyelidikan independen terhadap semua kekejaman yang dilakukan terhadap warga sipil dan pasukan keamanan.
Sebelumnya pada hari Senin, Dewan Keamanan PBB bertemu dalam sesi tertutup selama dua jam sesuai permintaan Amerika Serikat dan Rusia.
Para diplomat mengatakan utusan PBB untuk Suriah Geir Pedersen memberi tahu mereka dalam sebuah pengarahan video bahwa ketegangan telah meningkat selama beberapa minggu antara loyalis Assad dan otoritas saat ini, yang meletus dalam bentrokan sporadis. Namun, kekerasan baru-baru ini, katanya, tampaknya telah direncanakan sebelumnya dan terkoordinasi, dengan para pendukung Assad dilaporkan menargetkan instalasi militer dan fasilitas umum seperti rumah sakit.
Pedersen memperingatkan para anggota dewan tersebut bahwa situasinya berbahaya dan kekerasan dapat menyebar. Dia mendesak dukungan internasional untuk transisi politik yang nyata guna mencegah Suriah runtuh lagi. [ab/ka]
Forum