Hingga dua jam setelah gempa, satu orang dinyatakan meninggal, satu luka-luka dan kerusakan bangunan masih terus didata. Angka mungkin berubah, seiring gempa susulan yang tercatat sudah terjadi 25 kali dengan magnitudo berkisar 2,8 hingga 4,2 skala richter.
Data sementara menyebut, satu orang dinyatakan meninggal karena kaget merasakan gempa besar yang mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya, pada Jumat malam pukul 19.57.
Data korban dan kerusakan di kabupaten Bantul, disampaikan Kepala Pelaksana Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Agus Yuli Herwanta.
“Kejadian gempa tadi berdampak pada 31 kerusakan rumah, sementara data saat ini. Proses pendataan masih berlangsung, 31 rumah itu ada di 12 kecamatan. Dan ada juga yang luka karena berlari takut, jatuh. Ada yang meninggal dunia satu, karena kaget,” papar Agus dalam keterangan resmi kepada media pada pukul 22.30 WIB.
Sementara dari data Tim Reaksi Cepat BPBD DIY hingga pukul 22.00 WIB, ada 40 titik kerusakan di kabupaten Gunungkidul, 9 titik kerusakan di Bantul dan 5 titik kerusakan di Kulonprogo. Rata-rata kerusakan berupa keretakan dinding rumah dan genteng yang rontok.
Gempa yang mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya kali ini memang relatif cukup besar, dibanding gempa-gempa yang terjadi sebelumnya. Warga yang terkejut, lari dari rumah dan berkumpul di halaman hingga beberapa saat. Kepanikan juga dilaporkan terjadi di sejumlah pusat massa, seperti di sejumlah mall, pusat wisata kawasan Malioboro, dan pusat kuliner.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengoreksi data awal, dan menyatakan bahwa gempa pada Jumat pukul 19.57 WIB memiliki kekuatan 6,0 skala richter di kedalaman 67 KM.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman, maka gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah, atau kedalaman menengah akibat adanya aktivitas tumpukan lempeng Indo-Australia yang menumbuk ke bawah lempeng benua Eurasia,” kata Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati.
Dwikorita juga mengatakan, hasil analisis mekanisme sumber gempa, menunjukkan bahwa gempa bumi Jumat petang memiliki mekanisme pergerakan atau patahan naik.
BKMG mencatat, gempa paling keras dirasakan goncangannya di beberapa wilayah, seperti Bantul di Yogyakarta, Tulungagung, Nganjuk, Ponorogi, Pacitan dan Trenggalek di Jawa Timur, dan Kebumen di Jawa Barat pada skala IV MMI. Kerusakan ringan juga tercatat terjadi di berbagai wilayah sepanjang selatan Jawa, antara Pacitan di Jawa Timur hingga Kebumen di Jawa Tengah.
“Masyarakat diminta mewaspadai kemungkinan gempa susulan signifikan yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada bangunan yang sudah lemah. Sehingga dihimbau untuk tidak menempati bangunan yang secara strukrtu sudah rusak,” lanjut Dwikorita.
Dari sejumlah video yang beredar di media sosial, tercatat berbagai kerusakan di rumah warga dan gedung perkantoran di Gunungkidul, Bantul, Pacitan hingga Kebumen.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono memaparkan, wilayah Yogyakarta memang merupakan wilayah seismik aktif dan kompleks. Baik di laut maupun darat, terdapat sumber gempa yang potensial.
“Dari laut terdapat zona subduksi yang memiliki potensi magnitude target mencapai 8,7 skal richter dan di daratan terdapat sesar opak yang cukup aktif dan bisa memiliki magnitude target mencapai 6,6,” ujarnya.
Dalam catatan sejarah, sejak tahun 1800, zona megatrust di Yogyakarta telah memicu 12 kali gempa, dengan gempa besar terakhir pada 2 september 2009 berkekuatan 7,8.
“Gempa alam ini merupakan alarm yang mengingatkan kita, bahwa zona subduksi selatan Jawa memang masih aktif,” tambahnya.
Tidak hanya gempa bumi yang pernah terjadi, kata Daryono, sejarah juga mencatat ada delapan kali tsunami di selatan Jawa, yaitu tahun 1880,1840,1859,1904,1921,1957, 1994 dan di 2006. “Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya pada tsunami di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa pada umumnya,” kata Daryono.
Sementara itu, BNPB menghimbau warga untuk waspada dan siap siaga, mengantisipasi gempa susulan.
“Pastikan struktur bangunan rumah tetap kokoh sebelum kembali ke dalam rumah pascagempa. Persiapkan tas siaga bencana apabila harus melakukan evakuasi ke tempat aman sementara. BNPB juga mengimbau warga untuk tidak terpancing informasi palsu atau hoaks yang terkait dengan fenomena gempa bumi,” papar Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D. [ns/dw]
Forum