Tautan-tautan Akses

Rusia Tolak Laporan tentang Tuduhan Campur Tangan Pemilu AS 


Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov (Foto: dok).
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov (Foto: dok).

Ukuran dan cakupan upaya-upaya Rusia untuk mencampuri pemilihan presiden Amerika tahun 2016 jauh lebih luas dan menyeluruh daripada yang dipahami sebelumnya, sebut dua laporan yang dirilis baru-baru ini.

Laporan yang muncul pekan ini mendukung kesimpulan kalangan intelijen Amerika yang diterbitkan dalam laporan Januari 2017 bahwa tujuan seluruh campur tangan Rusia dalam bulan-bulan menjelang pemilu 2016 itu adalah membuat kandidat yang mereka sukai terpilih sebagai presiden Amerika Serikat.

“Yang jelas adalah semua pesan ini berusaha untuk menguntungkan Partai Republik dan khususnya Donald Trump,” sebut laporan yang dikeluarkan Computational Propaganda Project di Oxford University dan perusahaan penganalisis jaringan Graphika.

Rusia, Selasa (18/12) menolak tuduhan dalam dua laporan tersebut. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut tuduhan itu tidak berdasar.

Temuan-temuan itu, seperti yang pertama kali dilaporkan harian the Washington Post, menyebutkan orang-orang Rusia yang bekerja untuk satu kelompok yang disebut Internet Research Agency (IRA) mulai bereksperimen dengan media sosial untuk mempengaruhi pemilu lokal pada tahun 2009 dan meluaskan operasinya ke pemilu Amerika pada tahun 2013 dengan menggunakan Twitter.

Secara bertahap kelompok itu menambahkan situs-situs media sosial populer lain untuk kampanyenya, termasuk YouTube, Facebook dan Instagram, menggunakan isu-isu ras dan sosial seperti hak kepemilikan senjata api, imigrasi dan kekejaman polisi, untuk menebar perpecahan dan ketidakpuasan.

“Para pemilih konservatif dan berhaluan kanan didorong secara aktif untuk mendukung kampanye Trump,” sebut laporan Oxford dan Graphika itu. "Para pemilih lainnya didorong untuk memboikot pemilu, tidak memberikan suara bagi Clinton, atau menyebarkan sinisme terkait partisipasi dalam pemilu secara umum.”

Aktivitas IRA Rusia itu juga menarget para pemilih kulit hitam secara khusus dengan beriklan di Facebook dan Instagram dan dengan konten video di YouTube.

“Sebagian besar penargetan berdasarkan kepentingan itu berfokus pada komunitas dan kepentingan warga kulit hitam,” demikian disebutkan dalam laporan ke-dua dari perusahaan keamanan dunia maya New Knowledge.

“Pesan untuk warga kulit hitam dimaksudkan untuk mengalihkan energi politik mereka dari lembaga-lembaga politik mapan dengan mengangkat kemarahan terhadap ketidaksetaraan struktural yang dihadapi warga kulit hitam, termasuk kekerasan oleh polisi, kemiskinan, dan tingkat penahanan yang tidak proporsional,” tambah laporan Oxford University-Graphika. “Kampanye-kampanye ini mendorong pesan bahwa cara terbaik mengangkat isu komunitas kulit hitam adalah dengan memboikot pemilu dan sebagai gantinya berfokus pada isu-isu lainnya.” [uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG