Ribuan perempuan berkumpul di kota-kota di AS dan seluruh dunia, Sabtu (19/1), untuk mengikuti pawai Women's March ketiga untuk menuntut kesetaraan gender dan menyerukan perhatian pada isu-isu lingkungan, hak-hak imigran, dan lain-lain.
Dalam sebuah aksi protes di Washington, hanya beberapa blok dari Gedung Putih, penyelenggara dan aktivis hak-hak transgender Abby Stein mengatakan kepada para demonstran bahwa mereka tidak akan bisa dipecah-belah.
"Banyak orang di luar sana, di media berusaha memecah-belah kita. Yang menyatukan kita justru bukan karena kita semua sama, namun karena kita berbeda."
Pastor Gereja House of the Lord, Leah Daughtry, juga berorasi, menekankan slogan "kita tidak boleh berhenti."
"Kita tidak akan berhenti sampai setiap anak dipersatukan kembali dengan orangtua mereka di perbatasan. Kita tidak boleh berhenti. Kita tidak akan berhenti sampai setiap anak memiliki akses yang bebas dan penuh untuk mendapat pendidikan,” kata Daughtry.
“Kita tidak boleh berhenti. Kita tidak akan berhenti sampai setiap orang memiliki akses penuh, bebas, adil untuk mendapat layanan kesehatan," tambahnya.
Selain di AS, Women's March juga digelar akhir pekan ini di sejumlah negara Eropa, Australia, Taiwan, dan Argentina. Sejumlah negara lain, termasuk Indonesia, juga akan mengadakan aksi serupa tahun ini.
Women's March pertama diadakan pada 2017, sehari setelah Donald Trump dilantik sebagai presiden AS.[vm]