Rangkaian gempa susulan yang terjadi pasca gempa berkekuatan magnitudo 7,4 di Laut Flores pada Selasa (14/12), memaksa sebagian besar warga di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, yang terdampak oleh gempa tersebut, enggan kembali ke rumah masing masing untuk sementara waktu.
Badan Nasional Penanggungan Bencana (BNPB), pada Jumat (17/12), melaporkan sebanyak 4.838 warga Kabupaten Kepulauan Selayar masih mengungsi pasca gempa Selasa lalu.
BNPB menyatakan hingga Kamis (16/12) pukul 17.00 WIB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat para pengungsi tersebar di 34 titik pengungsian di kecamatan Pasimarannu dan Pasilambena.
“Kondisinya memang masyarakat masih enggan untuk balik ke rumah karena seringnya gempa susulan tetapi tetap kami himbau jangan panik dengan kondisi yang ada kemudian masyarakat diimbau untuk lebih tenang,” kata Kepala BPBD Kepulauan Selayar, Ahmad Ansar, ketika dihubungi VOA pada Jumat (17/12) pagi.
Pemerintah setempat berupaya untuk mengatur agar sebaran titik lokasi pengungsian dapat dikurangi dengan pemusatan di satu lokasi agar memudahkan pengawasan maupun pendistribusian logistik bantuan.
Pengiriman bantuan ke kedua kecamatan terluar itu saat ini baru dapat dilakukan melalui jalur laut dengan waktu tempuh hingga belasan jam dari Kota Benteng, ibu kota Kabupaten Kepulauan Selayar. Distribusi logistik saat ini dilakukan dengan menggunakan dua kapal milik nelayan. Satu unit kapal milik TNI Angkatan Laut akan diperbantukan untuk memperlancar proses pendistribusian bantuan.
Ketersediaan Logistik Belum Mencukupi
Ahmad menjelaskan saat ini stok logistik yang tersedia belum mencukupi melihat jumlah pengungsi yang cukup besar.
“Kalau dilihat dari jumlah pengungsi atau jumlah penduduk yang ada di dua wilayah itu, dengan jumlah kapasitas yang kita siapkan itu masih dianggap belum bisa mencukupi, masih kurang,” ungkap Ahmad.
Sejak gempa, banyak pemilik kapal yang ikut mengungsi sehingga stok kebutuhan sehari-hari warga semakin menipis.
Kebutuhan mendesak bagi para penyintas diantaranya berupa bahan makanan, air minum, selimut, tenda. Termasuk kebutuhan untuk perempuan, bayi dan dan anak-anak.
“Ada salah seorang ibu pada waktu itu gempa melahirkan itu pun mereka mengungsi. Di kecamatan Pasimarannu kalau tidak salah tapi nanti saya konfirmasi ulang itu dari kecamatan mana,” jelas Ahmad.
Berdasarkan laporan BNPB, tidak ada ada korban jiwa, namun tercatat 1 warga luka berat dan 96 lainnya luka ringan dalam gempa pada Selasa (14/12) lalu.
Selain menimbulkan masalah pengungsi, gempa juga berdampak pada sejumlah kerusakan bangunan. Data menunjukkan 825 unit rumah mengalami kerusakan berat dan 502 unit lainnya mengalami kerusakan ringan. Fasilitas umum yang terdampak cukup parah diantaranya adalah tiga unit masjid dan satu unit pelabuhan rakyat.
Sementara itu, Pusat Pengendalian Operasi BNPB juga memantau adanya pengungsian di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tercatat sebanyak 226 jiwa masih mengungsi di aula rumah jabatan Bupati Sikka. Sedangkan di wilayah Kabupaten Manggarai, NTT, 1 warga mengalami luka ringan.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat 547 gempa susulan dengan skala di atas magnitudo 5,0 hingga Kamis (16/12) pukul 17.00 WIB. BNPB mengimbau warga yang rumahnya tidak mengalami kerusakan pasca gempa bumi magnitudo 7,4 bisa kembali ke rumah masing-masing dan beraktifitas seperti biasa dengan tetap memperhatikan informasi dari BMKG. [yl/rs]