SOLO —
Dari bilik kaca terlihat seorang pemuda memakai sarung dan berpeci terlihat sibuk berbicara di depan mikropon. Tangan kirinya memegang panel penata suara, tangan kanan bergerak lincah memencet tombol komputer.
Seperti inilah radio komunitas pesantren, RAM FM, yang berada di dalam kompleks pondok pesantren Al Muayyad Solo, akhir pekan kemarin. Seorang santri bernama Yudha Adityan sedang siaran di bilik kaca tersebut.
“Assalamualaikum 107,8 RAM FM..santun, religi dan berbudaya..masih bersama dari jalan KH Samnhudi 64 Solo, RAM setia masih ditemani Adit di ajang Musik Asik Popo Andalan,” ujarnya.
Yudha Adhityan, yang masih berusia 16 tahun ini adalah satu dari puluhan kru RAM FM. Selama dua tahun ini Adhityan aktif di radio komunitas pesantren.
“Awalnya sih ya lucu banget..kita dilatih ngomong di depan mikrofon, ngomong sendiri di ruangan kaca.Tapi sekarang kita bisa dapat manfaatnya siaran radio,” ujarnya.
Penyiar lain, seorang santri perempuan bernama Bintang mengatakan, radio komunitas tersebut mempermudah siaran dakwah.
“Informasi yang kita siarkan ditekankan pada toleransi dan perdamaian. Kalau di Solo, agama Islam ada banyak sekali kelompok alirannya yang beragam. Kita ingin memberi pemahaman toleransi bahwa Islam itu jangan diidentikkan dengan image negatif. Kita juga ingin menunjukkan bahwa Islam juga memiliki semangat dan sikap toleransi dengan umat agama lain,” ujarnya.
Radio komunitas Pesantren ini tak hanya menyajikan musik-musik berlirik bahasa arab, tetapi juga lagu daerah, dangdut, dan sebagainya. Informasi dan iklan layanan masyarakat yang disiarkan pun berkaitan dengan toleransi dan perdamaian, seperti salah satunya tentang bagaimana remaja masjid dan remaja gereja saling membantu pengamanan saat perayaan Idul Fitri dan Natal.
Juru bicara Pondok Pesantren Al Muayyad Solo, Noor Ridlo mengatakan radio komunitas pesantren ini bantuan dari Search Common ground, sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam perdamaian dan toleransi beragama.
“Selama ini masyarakat kan menilai pesantren itu sarang teroris, Islam dicap negative. Hanya karena ulah alumni pesantren tertentu yang terlibat aksi terorisme. Kita ingin menunjukkan kegiatan ponpes kepada masyarakat, ini lho aktivitas di pesantren..kita di radio komunitas ini kita berdakwah, berdialog. Kita junjung toleransi, anti-kekerasan, dan semangat perdamaian. Kita tunjukkan bahwa pesantren ini tidak ada materi tentang keterorisan atau Islam radikal,” ujarnya.
Seperti inilah radio komunitas pesantren, RAM FM, yang berada di dalam kompleks pondok pesantren Al Muayyad Solo, akhir pekan kemarin. Seorang santri bernama Yudha Adityan sedang siaran di bilik kaca tersebut.
“Assalamualaikum 107,8 RAM FM..santun, religi dan berbudaya..masih bersama dari jalan KH Samnhudi 64 Solo, RAM setia masih ditemani Adit di ajang Musik Asik Popo Andalan,” ujarnya.
Yudha Adhityan, yang masih berusia 16 tahun ini adalah satu dari puluhan kru RAM FM. Selama dua tahun ini Adhityan aktif di radio komunitas pesantren.
“Awalnya sih ya lucu banget..kita dilatih ngomong di depan mikrofon, ngomong sendiri di ruangan kaca.Tapi sekarang kita bisa dapat manfaatnya siaran radio,” ujarnya.
Penyiar lain, seorang santri perempuan bernama Bintang mengatakan, radio komunitas tersebut mempermudah siaran dakwah.
“Informasi yang kita siarkan ditekankan pada toleransi dan perdamaian. Kalau di Solo, agama Islam ada banyak sekali kelompok alirannya yang beragam. Kita ingin memberi pemahaman toleransi bahwa Islam itu jangan diidentikkan dengan image negatif. Kita juga ingin menunjukkan bahwa Islam juga memiliki semangat dan sikap toleransi dengan umat agama lain,” ujarnya.
Radio komunitas Pesantren ini tak hanya menyajikan musik-musik berlirik bahasa arab, tetapi juga lagu daerah, dangdut, dan sebagainya. Informasi dan iklan layanan masyarakat yang disiarkan pun berkaitan dengan toleransi dan perdamaian, seperti salah satunya tentang bagaimana remaja masjid dan remaja gereja saling membantu pengamanan saat perayaan Idul Fitri dan Natal.
Juru bicara Pondok Pesantren Al Muayyad Solo, Noor Ridlo mengatakan radio komunitas pesantren ini bantuan dari Search Common ground, sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam perdamaian dan toleransi beragama.
“Selama ini masyarakat kan menilai pesantren itu sarang teroris, Islam dicap negative. Hanya karena ulah alumni pesantren tertentu yang terlibat aksi terorisme. Kita ingin menunjukkan kegiatan ponpes kepada masyarakat, ini lho aktivitas di pesantren..kita di radio komunitas ini kita berdakwah, berdialog. Kita junjung toleransi, anti-kekerasan, dan semangat perdamaian. Kita tunjukkan bahwa pesantren ini tidak ada materi tentang keterorisan atau Islam radikal,” ujarnya.