Sambil melambaikan tangannya, meneriakkan slogan partai dan membuat tanda kemenangan pada hari Senin (30/11) di pusat kota Multan di Pakistan, putri bungsu mendiang Perdana Menteri Benazir Bhutto mengingatkan warga tentang ibunya yang penuh bersemangat.
“Menurut saya, isi pidatonya tidak sepenting auranya, yang menghasilkan perasaan dan energi yang sama seperti ibunya,” kata Nusrat Javed, jurnalis senior Pakistan yang telah puluhan tahun berinteraksi dengan tiga generasi keluarga Bhutto.
Ini adalah peluncuran resmi Aseefa Bhutto-Zardari yang berusia 27 tahun ke kancah politik, hampir secara kebetulan. Dia menggantikan saudara laki-lakinya, Bilawal Bhutto-Zardari, yang menjalani karantina setelah dinyatakan positif Covid-19 dan tidak dapat memimpin partainya dalam rapat umum oposisi yang telah direncanakan sebelumnya.
Benazir Bhutto dipaksa terjun ke politik ketika ayahnya, Perdana Menteri Zulfiqar Ali Bhutto, digulingkan dalam kudeta militer, dipenjara dan dieksekusi. Dia kemudian memimpin PPP, yang didirikan ayahnya, dan menjadi kepala pemerintahan wanita pertama di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu.
Anggota Partai Tehreek-e-Insaf Pakistan yang berkuasa, atau PTI, menyebut debut politik Aseefa itu sebagai kelanjutan dari politik dinasti PPP. [lt/ab]