Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertekad akan memerangi teroris hingga mereka hancur sepenuhnya, menyusul dua serangan bom bunuh diri di kota Volgograd, di bagian selatan, pada hari Minggu dan Senin, yang menewaskan 34 orang.
Dalam pidato tahunan menyambut Tahun Baru, Putin mengatakan bahwa pada masa-masa paling sulit yang dihadapi negara itu, Rusia selalu bersatu dan kukuh.
Pihak berwenang Rusia telah mengerahkan lebih dari 5.000 aparat keamanan di Volgograd dan sekitarnya setelah pengeboman tersebut.
Dalam serangan hari Senin (30/12), sebuah bom meledakkan sebuah bus troli, menewaskan 16 orang dan mencederai 30 lainnya. Sehari sebelumnya, seorang pelaku serangan bom bunuh diri beraksi di pos keamanan di pintu masuk stasiun kereta api utama kota itu dalam serangan yang menewaskan 18 orang.
Seorang jurubicara badan penyelidik utama Rusia mengatakan bom dalam serangan hari Senin mirip dengan yang digunakan dalam serangan hari Minggu, mengukuhkan kecurigaan bahwa keduanya mungkin berkaitan.
Kementerian Luar Negeri Rusia membandingkan serangan-serangan itu mirip dengan tindak terorisme di Amerika Serikat, Irak dan Nigeria. Kementerian tersebut juga menyerukan solidaritas internasional dalam melawan terorisme.
Dalam pidato tahunan menyambut Tahun Baru, Putin mengatakan bahwa pada masa-masa paling sulit yang dihadapi negara itu, Rusia selalu bersatu dan kukuh.
Pihak berwenang Rusia telah mengerahkan lebih dari 5.000 aparat keamanan di Volgograd dan sekitarnya setelah pengeboman tersebut.
Dalam serangan hari Senin (30/12), sebuah bom meledakkan sebuah bus troli, menewaskan 16 orang dan mencederai 30 lainnya. Sehari sebelumnya, seorang pelaku serangan bom bunuh diri beraksi di pos keamanan di pintu masuk stasiun kereta api utama kota itu dalam serangan yang menewaskan 18 orang.
Seorang jurubicara badan penyelidik utama Rusia mengatakan bom dalam serangan hari Senin mirip dengan yang digunakan dalam serangan hari Minggu, mengukuhkan kecurigaan bahwa keduanya mungkin berkaitan.
Kementerian Luar Negeri Rusia membandingkan serangan-serangan itu mirip dengan tindak terorisme di Amerika Serikat, Irak dan Nigeria. Kementerian tersebut juga menyerukan solidaritas internasional dalam melawan terorisme.
