Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan pada Jumat (31/1) bahwa dia “sangat terganggu” dengan pengawasan terhadap militer negaranya, menyusul serangkaian penangkapan terhadap orang-orang yang diduga mata-mata China.
Lima pria ditangkap pekan lalu setelah mereka diduga menggunakan drone dan peralatan kamera beresolusi tinggi untuk merekam aktivitas di pangkalan udara dan angkatan laut Filipina. Aktivitas yang terekam oleh para pelaku termasuk pergerakan kapal pemerintah yang memasok garnisun militer di Laut China Selatan yang disengketakan.
Seorang insinyur perangkat lunak asal China dan dua rekannya asal Filipina juga ditahan pada awal Januari karena tuduhan memata-matai kamp militer dan polisi. Kedutaan Besar China di Manila membantah tuduhan tersebut.
“Kami sangat terganggu oleh siapa pun yang melakukan operasi spionase terhadap militer kami,” kata Marcos kepada wartawan.
Dalam sebuah pernyataan, Penasihat Keamanan Nasional Eduardo Ano mengatakan penangkapan tersebut menggarisbawahi perlunya “kewaspadaan berkelanjutan dan tindakan kontra intelijen yang proaktif”.
Serangkaian penangkapan tersebut terjadi ketika ketegangan maritim meningkat antara Filipina dan China terkait sengketa wilayah terumbu karang dan perairan di Laut Cina Selatan.
Beijing mengklaim sebagian besar jalur air strategis tersebut meskipun terdapat keputusan internasional yang menyatakan pernyataannya tidak memiliki dasar hukum
Pihak berwenang China belum mengomentari penangkapan terbaru ini. [ft/rs]
Forum