Presiden pemerintahan masa transisi Chad, Jenderal Mahamat Idriss Deby Itno, Selasa (23/1) memulai kunjungan resmi ke Rusia “atas undangan” Presiden Rusia, Vladimir Putin. Pertemuan ini diumumkan secara resmi oleh kedua negara.
“Deby meninggalkan N'Djamena pagi ini menuju Moskow, atas undangan Presiden Vladimir Putin. Kepala negara sedang melakukan kunjungan resmi ke ibu kota Rusia,” kata kantor kepresidenan Chad, di laman Facebook-nya.
Kremlin mengonfirmasi kunjungan tersebut, dan pertemuan pada Rabu antara kedua pemimpin itu, dengan mengatakan mereka akan membahas sudut pandang masing-masing terkait perkembangan hubungan Rusia-Chad di berbagai bidang serta isu-isu regional dan internasional terkini.
Chad, negara di mana Prancis masih mempertahankan militernya, adalah mitra dekat terakhir Prancis di wilayah Sahel, setelah penarikan paksa pasukan Prancis dari Mali pada Agustus 2022, Burkina Faso pada Februari 2023, dan Niger pada Desember.
Ketiga negara tersebut telah mendekat ke Rusia, terutama secara militer, setelah berakhirnya Operasi Barkhane yang berlangsung dari 2014 hingga 2022. Operasi ini memperlihatkan bagaimana Perancis memimpin militer melawan pemberontak Islam di Sahel.
Rusia juga hadir dan berpengaruh di Republik Afrika Tengah, Libya dan Sudan, yang berbatasan dengan Chad, terutama terwujud sebagai tentara bayaran swasta, Wagner.
Mahamat Deby diproklamasikan sebagai kepala junta militer dua tahun lalu setelah pemberontak membunuh ayahnya Idriss Deby Itno, yang merebut kekuasaan melalui kudeta dan memerintah negara gurun itu dengan tangan besi selama tiga dekade.
Tentara Chad secara umum dinilai sebagai kekuatan utama perang anti-jihadis di wilayah tersebut.
Rezim transisi di bawah kepemimpinan jenderal ini, telah mengindikasikan bahwa pemilihan presiden akan diadakan pada akhir 2024. Pemilu dilakukan setelah adanya desakan dari komunitas internasional, untuk menepati janji awal Deby, bahwa dia akan mengadakan pemilihan umum dalam waktu 18 bulan. [ns/ab]
Forum