Tautan-tautan Akses

Populasi Penduduk China Turun untuk Tahun Ketiga Berturut-turut pada 2024


Seorang pria bersama anaknya di kereta dorong di sebuah taman di Beijing, 17 Januari 2023. (Foto: Mark Schiefelbein/AP Photo)
Seorang pria bersama anaknya di kereta dorong di sebuah taman di Beijing, 17 Januari 2023. (Foto: Mark Schiefelbein/AP Photo)

Meski sudah mengakhiri "kebijakan satu anak" dan mengizinkan pasangan memiliki tiga anak, langkah-langkah itu tidak mampu membalikkan tren penurunan jumlah penduduk.

China mengatakan pada Jumat (17/1) bahwa jumlah penduduknya mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut pada 2024, melanjutkan tren penurunan populasi setelah lebih dari enam dekade mengalami pertumbuhan. Hal itu terjadi karena negara tersebut menghadapi populasi penduduk yang menua dengan cepat dan tingkat kelahiran yang terus-menerus rendah.

China, yang pernah menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, disalip oleh India pada 2023, dan Beijing berupaya meningkatkan penurunan angka kelahiran melalui subsidi dan propaganda pro-kesuburan.

Menurut Biro Statistik Nasional China, populasi penduduk negara itu mencapai 1,408 miliar pada akhir tahun 2024, turun dari 1,410 miliar pada 2023.

Data menunjukkan bahwa penurunan tersebut tidak terlalu tajam dibandingkan tahun sebelumnya, yang jumlahnya lebih dari dua kali lipat penurunan yang dilaporkan pada 2022.

China mengakhiri “kebijakan satu anak” yang keras pada 2016 dan mulai mengizinkan pasangan memiliki tiga anak pada tahun 2021. Kebijakan satu anak diberlakukan sejak 1980-an karena ketakutan akan kelebihan populasi.

Namun sejumlah kebijakan baru itu gagal membalikkan penurunan demografi negara yang telah lama mengandalkan tenaga kerja dalam jumlah besar sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.

Banyak yang mengatakan menurunnya angka kelahiran disebabkan oleh melonjaknya biaya hidup, dan meningkatnya jumlah perempuan yang memasuki dunia kerja serta mencari pendidikan tinggi.

Seorang pria lansia bermain dengan anak-anak di dekat gedung perniagaan di Beijing, 10 Mei 2021. (Foto: Andy Wong/AP Photo)
Seorang pria lansia bermain dengan anak-anak di dekat gedung perniagaan di Beijing, 10 Mei 2021. (Foto: Andy Wong/AP Photo)

Penurunan populasi kemungkinan akan terus berlanjut karena prospek ekonomi yang suram bagi kaum muda dan ketika perempuan China “menentang diskriminasi gender yang sudah mengakar di pasar tenaga kerja”, kata Yun Zhou, sosiolog di Universitas Michigan, kepada AFP.

Orang yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan akan mencapai hampir sepertiga populasi China pada 2035, menurut Economist Intelligence Unit, sebuah kelompok penelitian.

Tren Tak akan Berubah

Data yang dirilis pada Jumat menunjukkan bahwa populasi berusia 60 tahun ke atas mencapai 310,31 juta – hanya beberapa poin persentase dari seperempat populasi negara tersebut dan meningkat dari hampir 297 juta yang tercatat pada 2023.

Namun, data tersebut juga menunjukkan angka kelahiran di China – termasuk yang terendah di dunia – sedikit meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 6,77 per 1.000 orang.

“Peningkatan ini sepertinya tidak akan bertahan lama, karena populasi perempuan usia subur diperkirakan akan menurun tajam dalam beberapa dekade mendatang,” kata Zhao Litao, peneliti senior di East Asian Institute, Universitas Nasional Singapura.

“Dalam jangka panjang, tren penurunan angka kelahiran, kontraksi populasi secara keseluruhan, dan penuaan yang cepat tetap tidak berubah," katanya.

He Yafu, seorang ahli demografi independen di China, menyebutkan peningkatan angka kelahiran terjadi pada perempuan yang menunda memiliki anak selama pandemi COVID-19. Ada juga peningkatan pernikahan pada 2023 dan 2024, yang merupakan Tahun Naga yang dianggap membawa keberuntungan.

Namun, “tren umum penurunan total populasi tidak akan berubah”, katanya kepada AFP.

"Kecuali kebijakan yang kuat untuk mendorong kelahiran anak diperkenalkan... proporsi populasi lansia akan terus meningkat." [ft/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG