Pidato Presiden Obama disampaikan setelah pemberontakan yang paling berhasil di dunia Arab – di Tunisia dan Mesir – dibayangi oleh konflik yang lebih keras lagi di Libya, Suriah, dan sekitarnya.
Hasil survei menunjukkan pergolakan itu membuat pandangan dunia Arab dan Muslim mengenai Amerika, khususnya Presiden Obama, rendah. Pemimpin Amerika itu dikecam karena selalu berada selangkah di belakang gerakan massa, meskipun mereka nyata-nyata mendukung nilai-nilai demokrasi Amerika.
Pada awal Februari lalu, Presiden Obama nampaknya bisa mengejar ketinggalan itu, setidaknya seperti yang tampak dalam demonstrasi di Lapangan Tahrir di Kairo.
Presiden Obama mengatakan, “Amerika akan terus mempertahankan demokrasi dan hak-hak universal yang dimiliki setiap manusia, di Mesir, dan seluruh dunia.”
Tetapi, banyak orang di Timur Tengah dan Afrika Utara memandang dukungan Amerika atas gerakan-gerakan demonstrasi di kawasan itu berat sebelah.
Dalam kemelut di Bahrain, di mana terdapat pangkalan Armada Kelima Amerika, dan Yaman, mitra dalam kontra-terorisme, Amerika lebih berdiam diri. Sebaliknya, pemimpin Libya Moammar Khadafi, seorang provokator sejak lama, merasakan hempasan kekuatan militer Barat.
Aksi militer Amerika tidak berhenti di situ, seperti yang dinyatakan Presiden Obama, “Malam ini, saya akan memberitahu rakyat Amerika dan dunia bahwa Amerika telah melancarkan operasi yang menewaskan Osama bin Laden.”
Dukungan mayoritas warga di kawasan itu terhadap pemimpin al-Qaeda itu kecil, tetapi serangan sepihak di Pakistan mengingatkan kepada serangan-serangan Amerika sebelumnya di wilayah-wilayah Muslim.
Citra masa lalu itu adalah hal yang harus dihapuskan Presiden Obama.
Obama melawat ke Kairo pada awal masa jabatannya, dengan pesan rekonsiliasi yang oleh banyak pihak dirasakan lebih dibutuhkan setelah perang di Irak dan Afghanistan.
Namun, beberapa bulan kemudian banyak pihak mengecam janji Obama mengenai hubungan yang lebih baik tidak sesuai dengan kebijakannya. Mereka bertanya-tanya apakah pidato kali ini akan berbeda.
Said Sadek dari Universitas Amerika di Kairo yakin Obama bisa berbuat lebih banyak untuk memperbaiki hubungan melalui dua langkah utama, yaitu bantuan teknis dan non-teknis serta pendekatan baru untuk menyelesaikan masalah Israel-Palestina.