Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, pada Kamis (11/4) meminta warga Amerika untuk mengatasi “keraguan pada diri sendiri” sementara dia menyampaikan pujian atas kepemimpinan AS di tingkat global. Ia menyampaikan itu di depan Kongres AS yang terpecah belah.
Memperingatkan risiko bangkitnya China, Kishida mengatakan bahwa Jepang – yang melucuti hak kemiliterannya pasca Perang Dunia II – dituntut untuk melakukan tindakan lebih untuk berbagi tanggung jawab dengan sekutu mereka, Amerika Serikat.
“Sementara kita bertemu di sini hari ini, saya mendeteksi arus bawah keraguan terhadap diri sendiri di kalangan sebagian warga Amerika, terkait apa yang seharusnya menjadi peran Anda di dunia,” kata Kishida dalam sesi gabungan DPR dan Senat, bagian dari agenda kunjungan kenegaraannya di Washington.
“Tatanan internasional yang dibangun AS dalam beberapa generasi, sedang menghadapi banyak tantangan baru, tantangan-tantangan dari mereka yang mengusung nilai-nilai dan prinsip yang sangat berbeda dengan kita,” ujar Kishida.
Kishida mengatakan dia memahami “rasa lelah karena menjadi negara yang harus menjunjung tinggi tatanan internasional hampir sendirian” tetapi dia menambahkan bahwa “kepemimpinan AS sangat dibutuhkan”.
“Tanpa dukungan AS, berapa lama sebelum harapan bagi Ukraina akan runtuh di bawah serangan dari Moskow,” tambahnya.
“Tanpa kehadiran AS, berapa lama sebelum Indo-Pasifik akan menghadapi kenyataan yang bahkan lebih keras?”
Meskipun dia berhati-hati untuk tidak menyentuh politik domestik AS, pernyataan Kishida hadir di tengah kebuntuan di Kongres terhadap persetujuan untuk miliaran dolar dana bantuan militer tambahan ke Ukraina, karena tekanan dari anggota Partai Republik sayap kanan yang bersekutu dengan calon presiden penantang, Donald Trump.
Tantangan Terbesar China
Kishida bertemu dengan Presiden Joe Biden pada Rabu, di mana dia berjanji akan meningkatkan kerja sama, termasuk dengan pertahanan udara tiga arah yang melibatkan AS, Jepang dan Australia.
Mengirim sinyal yang jelas kepada China, Kishida bertemu kembali dengan Biden pada Kamis untuk pertemuan tiga arah bersama Presiden Filipina, Ferdinand Marcos, yang tengah menghadapi upaya-upaya China yang semakin tegas di perairan yang penuh sengketa itu.
Kishida mengatakan bahwa tindakan militer China, menghadirkan tantangan keamanan terbesar dan belum pernah dihadapi.
Tindakan-tindakan China menimbulkan tantangan-tantangan “ tidak hanya bagi perdamaian dan keamanan Jepang, tetapi perdamaian dan stabilitas komunitas internasional pada umumnya,” kata dia.
Pidato Kishida, dari mimbar tempat Biden secara berapi-api menyampaikan pidato kenegaraan sebulan yang lalu, menandai momen langka persatuan bipartisan di Kongres.
Anggota parlemen lintas partai berdiri berulang kali untuk memberikan tepuk tangan, ketika Kishida menegaskan kembali dukungan bagi Ukraina, memperingatkan pengaruh China dan menyoroti invetasi Jepang di AS.
Perdana Menteri itu, yang melewatkan sebagian masa kecilnya di kota New York, membacakan sambutannya dalam Bahasa Inggris yang fasih, setelah berbicara dalam Bahasa Jepang dalam konferensi pers bersama Biden.
Melalui sebuah kelebihan yang sering diabaikan para pemimpin asing yang berkunjung ke Washington, dia sukses menyampaikan sejumlah lelucon, termasuk menyebut bagaimana dia menonton kartun klasik “The Flintstones” sewaktu kanak-kanak di New York.
“Saya masih merindukan tontonan itu, meskipun saya tidak pernah bisa menerjemahkan “Yabba Dabba Doo”,” kata dia, mengutip frasa paling terkenal dari Fred Flintstone. [ns/ka]
Forum