Sejumlah migran pertama yang tidak berdokumen, dan digambarkan pejabat AS sebagai "yang terburuk dari yang terburuk," ditahan dalam sel penjara di pusat penahanan AS di Teluk Guantanamo, Kuba. Mereka menunggu untuk dipulangkan.
Pentagon hari Rabu (5/2) mengukuhkan 10 "imigran ilegal yang sangat berbahaya" tiba di fasilitas itu pada Selasa. Mereka ditahan di bawah pengawasan petugas dari Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS (ICE).
VOA pertama kali melaporkan pemindahan — dan kedatangan — para migran, yang diterbangkan dari Fort Bliss, Texas, ke Teluk Guantanamo dengan pesawat kargo militer AS C-17 pada Selasa.
Menurut Pentagon, penahanan para migran itu di fasilitas penahanan Teluk Guantanamo adalah tindakan sementara.
ICE “mengambil tindakan ini untuk memastikan penahanan yang aman dan terjamin bagi para individu ini sampai mereka dapat diangkut ke negara asal mereka atau tujuan lain yang sesuai” kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem, Selasa, mengunggah foto-foto di X beberapa migran ketika mereka bersiap menaiki pesawat kargo militer. Ia menyebut mereka “yang terburuk dari yang terburuk,” dan memperingatkan bahwa upaya mendeportasi mereka baru saja dimulai.
Departemen Keamanan Dalam Negeri kemudian mengatakan semua migran dalam penerbangan militer tersebut adalah anggota Tren de Aragua, geng jalanan Venezuela dengan jangkauan transnasional. Para pejabat tidak mengatakan kapan atau bagaimana mereka pertama kali ditahan.
Gedung Putih telah mengumumkan rencana menetapkan Tren de Aragua sebagai Organisasi Teroris Asing.
Lewat pesan di X hari Rabu (5/2), Noem mengatakan departemennya telah mengawasi penangkapan “terpidana pembunuh, pemerkosa, pelaku kekerasan terhadap anak, pengedar narkoba, anggota geng MS-13, anggota kartel,” hanya dalam beberapa hari terakhir.
Sejak perintah eksekutif Presiden Donald Trump bulan lalu, Pentagon telah mengerahkan 300 Marinir ke Guantanamo untuk memperluas fasilitas guna mendukung operasi penahanan imigran tidak berdokumen. Menurut laporan media, mereka telah mendirikan tenda untuk menampung para migran di dalam area berpagar, di bagian terpisah dari pangkalan angkatan laut. Stasiun televisi Fox News mengatakan fasilitas itu belum siap.
Sebelumnya, dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (3/2), Komando Selatan AS – yang mengawasi operasi di Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia – mengatakan “jumlah anggota militer akan terus berfluktuasi karena pasukan tambahan ditugaskan untuk dikerahkan dan akan ditingkatkan, berdasarkan persyaratan Departemen Keamanan Dalam Negeri, yang merupakan badan federal utama.”
Fasilitas ini sebagian besar dikenal sebagai tempat menampung tahanan militer dan tersangka teroris, termasuk mereka yang terlibat dalam serangan 11 September 2001 dan anggota Taliban.
Berbicara di Fox News minggu ini, Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengatakan “jika Anda adalah anggota geng yang kejam, dan Anda telah dibawa keluar dari negara kami, dan kami menunggu untuk membawa Anda ke negara Anda, kami akan memasukkan Anda ke dalam kotak sel yang dibuat untuk Al Qaeda.”
Dalam perintah eksekutifnya bulan lalu, Presiden Trump menginstruksikan Departemen Pertahanan dan Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk mempersiapkan pangkalan angkatan laut AS yang dapat menampung hingga 30.000 migran.
“Beberapa di antaranya sangat buruk sehingga kami bahkan tidak percaya negara-negara tersebut akan menahan mereka karena kami tidak ingin mereka kembali lagi. Jadi, kami akan mengirim mereka ke Guantanamo,” kata Trump.
Menutup Guantanamo
Pemerintahan Demokrat di bawah Barack Obama dan Joe Biden berusaha menutup kamp penahanan, yang dibangun oleh pemerintahan George W. Bush pada tahun 2002, setelah invasi AS ke Afghanistan yang dimulai tak lama setelah serangan 11 September 2001.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden dan CEO Human Rights First Sue Hendrickson, mengatakan mengirim migran ke Guantanamo akan menciptakan bencana hak asasi manusia. “Pemerintahan Trump mungkin menganggap simbolisme pengiriman migran ke Guantanamo sangat menarik; akibat praktisnya adalah ketidakadilan, pemborosan, dan hilangnya kredibilitas yang diakibatkan oleh diri sendiri,” kata Hendrickson.
Pada puncaknya selama Perang Global Melawan Teror, fasilitas penahanan ini menampung sekitar 680 tahanan. Namun Pentagon mengatakan hingga 6 Januari lalu hanya ada 15 tahanan di fasilitas itu,
Sebelum digunakan untuk menahan tersangka teroris, fasilitas angkatan laut AS itu juga digunakan untuk menampung migran dari Kuba dan Haiti pada awal tahun 1990an. [ka/ab/em]
Forum