Penerbangan militer pertama untuk mendeportasi imigran dari AS ke Teluk Guantanamo telah dijadwalkan untuk berangkat pada Selasa (4/2), seorang pejabat AS mengatakan itu. Ini adalah Langkah pertama dalam apa yang diperkirakan akan menjadi lonjakan jumlah imigran yang ditahan di pangkalan Angkatan Laut di Kuba. Fasilitas ini selama beberapa dekade, terutama digunakan untuk menahan warga negara asing yang terkait dengan serangan 11 September 2001.
Presiden AS Donald Trump telah mengincar fasilitas tersebut sebagai pusat penahanan dan mengatakan bahwa tempat tersebut memiliki kapasitas hingga 30 ribu orang.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, yang ditugaskan ke Teluk Guantanamo ketika dia masih aktif berdinas di militer, menyebut tempat itu sebagai “lokasi yang sempurna” untuk menampung para imigran. Pasukan tambahan dari AS telah tiba di fasilitas tersebut dalam beberapa hari terakhir untuk membantu berbagai persiapan.
Amy Fischer, Direktur Program Pengungsi dan Hak-Hak Migran di Amnesty Internasional AS mengecam penggunaan Guantanamo untuk menampung para imigran.
“Mengirim para imigran ke Guantanamo adalah langkah yang sangat kejam dan mahal. Langkah itu akan memutuskan hubungan orang-orang tersebut dengan pengacara, keluarga dan sistem pendukung mereka, melempar mereka ke lubang hitam sehingga pemerintah AS dapat terus melanggar hak-hak asasi mereka jauh dari pengawasan. Tutup Guantanmo sekarang dan selamanya,” kata Fischer dalam sebuah pernyataan.
Sebagai tambahan, AS menerbangkan para imigran dari India kembali ke negaranya pada Senin, dan penerbangan itu masih terus berlangsung hingga Selasa Tengah hari, kata pejabat AS. Pejabat ini berbicara secara anonim untuk memberikan rincian yang belum dipublikasikan.
Ada juga tujuh penerbangan deportasi yang sebelumnya sudah dilakukan, ke Ekuador, Guam, Honduras dan Peru. Sebagai tambahan, para pejabat Kolombia telah terbang ke AS dan membawa imigran dalam dua penerbangan kembali ke negara mereka.
Ada sekitar 300 anggota layanan yang mendukung operasi penanganan di Teluk Guantanamo, dan jumlahnya berfluktuasi berdasar pada permintaan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri, yang menjadi badan federal pemimpin dalam operasi ini.
Ada lebih dari 725 ribu imigran dari India yang tinggal di AS tanpa pengesahan, yang menjadikan mereka di urutan ketiga setelah Meksiko dan El Salvador, menurut data Pew Research Center.
Dalam beberapa tahun terakhir, terlihat juga lonjakan jumlah warga negara India yang mencoba untuk masuk ke AS melalui perbatasan negara itu dengan Kanada. Patroli Perbatasan AS menahan lebih dari 14 ribu warga India di perbatasan Kanada dalam periode tahun yang berakhir 30 September lalu, yang mencatatkan 60 persen dari seluruh penangkapan di sepanjang perbatasan tersebut dan lebih dari 10 kali lipat kenaikan dibanding dua tahun lalu.
CNN adalah stasiun televisi pertama yang melaporkan penerbangan deportasi ini. [ns/jm]
Forum