Teluk Guantanamo, Kuba, umumnya dikenal sebagai tempat penampungan tersangka teroris, termasuk mereka yang dijebloskan ke sana setelah serangan 9/11 dan anggota Taliban. Minggu ini, pangkalan angkatan laut AS itu kembali menjadi sorotan setelah para pejabat mempersiapkan lokasi itu sebagai Pusat Operasi Migran untuk menahan sekitar 30 ribu migran berdasarkan perintah Presiden Donald Trump.
“Bisa meningkat, ya. Tergantung. Namun, negara-negara itu tidak mau menerima kembali penjahat yang mereka kirim ke (negara) kita. Negara-negara itu mengirim mereka ke sini, memasukkan mereka ke karavan, dan mereka datang ke sini tanpa kita sadari. Mereka akan dikenai sanksi yang sangat keras, dan lain-lain,” kata Trump.
Menurut organisasi HAM, berdasarkan hukum AS, adalah sah menahan migran untuk waktu yang singkat sementara menunggu mereka dipulangkan. Namun, jika negara asal migran tidak bersedia menerima mereka, tidaklah sah untuk menahan mereka tanpa batas. Di Guantanamo, kata mereka, tahanan tidak memiliki akses apapun.
Bill Frelick adalah direktur Human Rights Watch Divisi Hak Pengungsi Migran. Melalui Skype, ia mengatakan, “Ini pada dasarnya adalah menjebloskan mereka tanpa kejelasan. Kita mengirim orang ke tempat di mana mereka tidak akan dapat menghubungi pengacara. Mereka tidak akan bisa berhubungan dengan keluarga mereka. Mereka akan benar-benar terisolasi. Dan sepertinya, dari apa yang dikatakan presiden, niatnya adalah menahan mereka di sana tanpa batas waktu.”
Di AS, migran tak berdokumen ditahan di pusat-pusat penahanan dan bahkan di penjara. Sebelumnya, kata International Refugee Assistance Project, AS mencegat migran di laut dan menahan mereka di Guantanamo. Jumlah mereka puluhan ribu di bawah pemerintahan Ronald Reagan dan Bill Clinton dan kurang dari seratus di bawah pemerintahan Joe Biden. Menurut organisasi tersebut, Trump akan melakukan hal yang berbeda.
Hannah Flamm, wakil direktur kebijakan di International Refugee Assistance Project, melalui ZOOM mengatakan, “Sampai sekarang, belum pernah terjadi Amerika Serikat akan menangkap, menahan individu dari dalam Amerika Serikat dalam skala besar sebagai bagian dari operasi deportasi massal dan mengirim mereka ke Guantanamo. Itu belum pernah dilakukan.”
Guantanamo adalah, "tempat yang sempurna" bagi para migran kriminal, kata Menteri Pertahanan Pete Hegseth awal minggu ini. Lebih lanjut, ia mengatakan, "Kami condong untuk mendukung arahan presiden guna memastikan bahwa kita memiliki lokasi bagi para imigran ilegal kriminal yang melakukan kekerasan ketika mereka dideportasi keluar dari negara ini."
Hegseth dan pejabat-pejabat lain mengatakan para migran tidak berdokumen yang tidak melakukan kejahatan juga dapat dibawa ke Guantanamo.
Kepala Urusan Perbatasan pemerintahan Trump, Tom Homan menyatakan, "Penjaga Pantai yang menghadang orang-orang di laut, mereka dapat membawa orang-orang itu langsung ke Teluk Guantanamo."
Trump memilih Guantanamo karena AS kehabisan tempat penahanan, kata juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt pada Jumat lalu. “Itu menjadi alasan utama mengapa Kongres perlu meloloskan paket rekonsiliasi ini secepat mungkin untuk memastikan bahwa Departemen Keamanan Dalam Negeri [DHS] dan Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai [ICE] memiliki dana yang dibutuhkan untuk menahan orang-orang ini,” tandasnya.
Pemerintahan Demokrat di bawah Obama dan Biden mencoba tetapi gagal menutup Guantanamo. Kamp penahanan teroris itu dibangun pemerintahan George W. Bush pada 2002 setelah invasi AS ke Afghanistan yang dimulai tak lama setelah serangan teror 9/11. [ka/lt]
Forum