Ibu Negara Amerika Serikat Jill Biden berada di Paris, Selasa (25/7) untuk menghadiri upacara pengibaran bendera di UNESCO, menandai masuknya kembali Amerika Serikat secara resmi ke dalam organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya PBB itu setelah absen selama lima tahun.
Jill Biden, pada kesempatan itu, juga menyampaikan pentingnya kepemimpinan Amerika dalam melestarikan warisan budaya dan memberdayakan pendidikan dan sains di seluruh dunia.
“Ketika suami saya, Presiden Biden, mulai menjabat dua setengah tahun lalu, ia berjanji kepada rakyat Amerika bahwa dia akan membangun kembali sistem yang rusak dan membentengi institusi kita, bahwa dia akan berusaha mempersatukan kembali komunitas yang terpecah dan bahwa dia akan membawa kita di jalan menuju masa depan yang lebih baik dan lebih cerah sambil memulihkan kepemimpinan kita di panggung dunia – dan ia melakukannya,” ujarnya.
AS telah mengumumkan niatnya untuk bergabung kembali dengan UNESCO pada bulan Juni, dan 193 negara anggota organisasi tersebut awal bulan ini menyetujui keinginan AS tersebut.
Upacara hari Selasa, yang juga menampilkan pidato Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay, secara resmi menandakan AS menjadi anggota ke-194 badan tersebut.
“Upacara hari ini juga menandakan ambisi-ambisi baru dalam semangat persatuan, multilateralisme inklusif. Kembalinya AS ini akan memungkinkan kita untuk mengambil tindakan lebih banyak dan lebih baik di segala bidang mandat kita dengan dan untuk rakyat dunia. Pada 2023, ini akan memungkinkan kita meningkatkan upaya kita di bidang strategis dan memperluas kehadiran kita dalam operasi lapangan,” kata Azoulay.
Keputusan AS untuk kembali ke UNESCO yang berbasis di Paris terutama didasarkan pada kekhawatiran bahwa China telah mengisi kekosongan kepemimpinan sejak AS mundur selama pemerintahan Trump.
Keluarnya AS dari UNESCO pada tahun 2017 karena adanya dugaan bias anti-Israel di dalam organisasi tersebut. Keputusan tersebut diambil menyusul langkah UNESCO pada tahun 2011 untuk memasukkan Palestina sebagai negara anggota. Amerika dan Israel menghentikan pembiayaan badan tersebut sejak masuknya Palestina. Setahun kemudian, pada tahun 2018, AS secara resmi menyatakan mundur.
Sebagai persiapan untuk kembali menjadi anggota, pemerintahan Biden meminta $150 juta dari anggaran 2024 untuk digunakan sebagai pembayaran iuran dan tunggakan UNESCO, dengan rencana untuk permintaan serupa di tahun-tahun berikutnya hingga utang penuh sebesar $619 juta lunas.
Sebelum mundur, AS adalah satu-satunya penyandang dana terbesar UNESCO. Washington menyumbang 22 persen dari keseluruhan pendanaan badan tersebut, porsi yang signifikan dari anggaran operasional tahunan UNESCO sebesar $534 juta.
Ini adalah kedua kalinya AS bergabung kembali ke UNESCO. Negara tersebut sebelumnya meninggalkan organisasi itu pada tahun 1984 di bawah pemerintahan Reagan, dengan alasan salah urus, korupsi, dan lebih mengutamakan kepentingan Soviet. AS bergabung kembali pada tahun 2003 di bawah kepresidenan George W. Bush. [ab/uh]
Forum