Pemerintah optimistis mampu mengatasi kondisi perekonomian dalam negeri jika pada akhirnya kondisi perekonomian global yang disebabkan oleh kondisi di Amerika dan Eropa berdampak negatif terhadap Indonesia. Hal itu diungkapkan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Jakarta, Jumat (16/9).
Kepada pers, Menteri Perdagangan, Mari Pangestu menjelaskan berbagai kemungkinan sudah disiapkan untuk mengantisipasi dampak negatif dari kondisi perekonomian Amerika dan Eropa saat ini. Diakui Menteri Mari Pangestu kegiatan ekspor impor merupakan kegiatan yang paling cepat terpengaruh meski ekspor impor Indonesia masih aman.
“Kalau kita bicara Eropa dan Amerika ada penurunan permintaan tetapi pada saat yang bersamaan ada relokasi produksi dari RRT ke Indonesia, Vietnam, Kamboja, Bangladesh sehingga kita tetap mendapat peningkatan permintaan,” kata Mari Pangestu.
Ditambahkan Menteri Mari Pangestu selain melalui kegiatan ekspor impor, dampak negatif dari perekonomian Amerika dan Eropa juga dapat dilihat dari kegiatan ekonomi lainnya seperti perbankan, inflasi dan lain sebagainya yang pada akhirnya hasilnya akan terlihat dalam pertumbuhan ekonomi.
“Ini estimasi dari berbagai sumber, kita akan mengalami penurunan pertumbuhan namun di dalam skenario yang terburukpun pertumbuhan kita masih di atas 5 persen, selama investasi juga masih bisa tumbuh harusnya pertumbuhan akan tetap bisa dipertahankan,” ujar Mari Pangestu lagi.
Menurut pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Bantarto Bandoro meski pemerintah masih optimistis namun kondisi ekonomi global saat ini penuh ketidakpastian. Menurutnya selain berupaya mengantisipasi melalui berbagai kebijakan, pemerintah juga harus melakukan lobi khusus dengan negara-negara lain untuk bersama-sama mengantisipasi krisis.
Bantarto mengatakan, “penting ketika kita itu menghadapai suatu krisis yang sebenarnya sumbernya itu datang dari luar, mampu mencari solusi kalau misalnya kirisis itu kemudian memberi dampak yang sangat serius terhadap sistem moneter kita, untuk mengatasi kemungkinan efek negatif krisis itu ketika kita masih menghadapi suatu kondisi di mana krisis itu akan terus menerpa kita.”
Bantarto Bandoro memberi contoh seharusnya sejak awal terdeteksi bahwa perekonomian Amerika dan Eropa akan bermasalah, pemerintah Indonesia harus segera melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri karena pinjaman untuk Indonesia yang barasal dari Amerika dan Eropa cukup besar.
Penjadwalan ulang tersebut ditambahkannya dapat diajukan untuk penundaan waktu pembayaran cicilan utang yang jatuh tempo atau menunda pengajuan utang baru dengan alasan anggaran negara memprioritaskan untuk mengantisipasi dampak negatif dari kondisi perekonomian Amerika dan Eropa.
“Apakah dia itu punya kemampuan atau tidak untuk melakukan semacam diplomasi yang bisa mengamankan sumber-sumber ekonomi kita di luar negeri? Karena sebagian pendapatan kita itu kan juga dari luar negeri, artinya bantuan-bantuan ekonomi, finansial, dsb.” kritik Bantarto.
Sebelumnya, pemerintah menegaskan meski belum dapat ditentukan jumlah anggaran yang disiapkan namun pemerintah akan mencairkannya untuk stimulus fiskal jika kondisi Amerika dan Eropa berdampak negatif terhadap Indonesia. Anggaran tersebut akan dicatat dalam alokasi anggaran pada semester II tahun 2012.