Sebuah pengadilan di Turki telah membatalkan proyek pembangunan di Istanbul yang didukung oleh Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, yang telah memicu demonstrasi anti-pemerintah di seluruh negeri bulan lalu.
Pihak berwenang dapat naik banding melawan pembatalan rencana untuk mendirikan replika barak era Ottoman di Alun-Alun Taksim di Istanbul. Namun keputusan pengadilan itu merupakan kemenangan bagi sebuah koalisi dari kekuatan-kekuatan politik dan sebuah pukulan bagi Erdogan, yang menentang protes tersebut dan mengatakan bahwa kerusuhan yang terjadi disebabkan oleh teroris dan penjarah.
Can Atalay, pengacara untuk perkumpulan arsitek Chamber of Architects yang mengajukan tuntutan tersebut, mengatakan pengadilan tata usaha negara mengeluarkan keputusan tersebut pada awal Juni di puncak kerusuhan, dan menyatakan bahwa rencana pembangunan itu melanggar aturan-aturan pelestarian dan mengubah identitas alun-alun. Tidak jelas mengapa baru sekarang keputusan itu dirilis.
"Keputusan itu berlaku untuk semua pembangunan di Alun-Alun Taksim. Proyek pekerjaan umum merupakan dasar dari pembangunan yang telah dibatalkan," ujar Atalay.
Erdogan mengatakan ia akan menunggu keputusan pengadilan, dan semua proses naik banding, sebelum memutuskan proyek Taksim, salah satu dari beberapa proyek besar untuk Istanbul, termasuk bandar udara besar, masjid besar dan kanal untuk mengurangi kemacetan di Bosphorus.
Protes-protes dan kerusuhan pada Juni mulai ketika polisi menggunakan meriam air dan gas air mata melawan protes yang relatif kecil yang menentang pembangunan di Taksim dan Taman Gezi di dekatnya. Kekerasan yang dilakukan polisi memicu aksi melawan Erdogan, menuduhnya semakin otoriter.
Taksim sendiri memiliki nilai simbolis bagi banyak warga Turki dari kelompok politik yang berbeda-beda.
Tempat itu merupakan lokasi pembantaian Hari Buruh pada 1977 yang menewaskan sekitar 40 orang dari golongan kiri. Bagi warga sekuler, pembangunan Taksim di masa-masa awal republik mewakili prinsip-prinsip pendirian bangsa, sementara warga Muslim yang taat telah lama ingin membangun masjid di sana.
Erdogan, dengan partai berkuasa yang berakar dari gerakan Islamis yang dilarang, mengatakan bahwa upayanya untuk membongkar Taksim bertujuan mengembalikannya pada bentuk awal. Ia mengatakan akan membangun masjid di alun-alun itu dan membangun kembali Pusat Budaya Ataturk, mengambil nama dari pendiri republik sekuler Turki.
Ada beberapa tuntutan hukum lain yang melawan aspek-aspek pembangunan kembali Taksim. Atalay mengatakan keputusan ini memiliki preseden karena melibatkan rencana besar (master plan) untuk alun-alun itu.
Perubahan di Taksim termasuk jaringan terowongan bawah tanah untuk lalu lintas untuk membuat alun-alun itu semakin nyaman untuk pejalan kaki, dan mengubah Taman Gezi menjadi bangunan ala barak zaman Ottoman, yang menurut Erdogan akan dibuat menjadi mal dan museum kota. (Reuters)
Pihak berwenang dapat naik banding melawan pembatalan rencana untuk mendirikan replika barak era Ottoman di Alun-Alun Taksim di Istanbul. Namun keputusan pengadilan itu merupakan kemenangan bagi sebuah koalisi dari kekuatan-kekuatan politik dan sebuah pukulan bagi Erdogan, yang menentang protes tersebut dan mengatakan bahwa kerusuhan yang terjadi disebabkan oleh teroris dan penjarah.
Can Atalay, pengacara untuk perkumpulan arsitek Chamber of Architects yang mengajukan tuntutan tersebut, mengatakan pengadilan tata usaha negara mengeluarkan keputusan tersebut pada awal Juni di puncak kerusuhan, dan menyatakan bahwa rencana pembangunan itu melanggar aturan-aturan pelestarian dan mengubah identitas alun-alun. Tidak jelas mengapa baru sekarang keputusan itu dirilis.
"Keputusan itu berlaku untuk semua pembangunan di Alun-Alun Taksim. Proyek pekerjaan umum merupakan dasar dari pembangunan yang telah dibatalkan," ujar Atalay.
Erdogan mengatakan ia akan menunggu keputusan pengadilan, dan semua proses naik banding, sebelum memutuskan proyek Taksim, salah satu dari beberapa proyek besar untuk Istanbul, termasuk bandar udara besar, masjid besar dan kanal untuk mengurangi kemacetan di Bosphorus.
Protes-protes dan kerusuhan pada Juni mulai ketika polisi menggunakan meriam air dan gas air mata melawan protes yang relatif kecil yang menentang pembangunan di Taksim dan Taman Gezi di dekatnya. Kekerasan yang dilakukan polisi memicu aksi melawan Erdogan, menuduhnya semakin otoriter.
Taksim sendiri memiliki nilai simbolis bagi banyak warga Turki dari kelompok politik yang berbeda-beda.
Tempat itu merupakan lokasi pembantaian Hari Buruh pada 1977 yang menewaskan sekitar 40 orang dari golongan kiri. Bagi warga sekuler, pembangunan Taksim di masa-masa awal republik mewakili prinsip-prinsip pendirian bangsa, sementara warga Muslim yang taat telah lama ingin membangun masjid di sana.
Erdogan, dengan partai berkuasa yang berakar dari gerakan Islamis yang dilarang, mengatakan bahwa upayanya untuk membongkar Taksim bertujuan mengembalikannya pada bentuk awal. Ia mengatakan akan membangun masjid di alun-alun itu dan membangun kembali Pusat Budaya Ataturk, mengambil nama dari pendiri republik sekuler Turki.
Ada beberapa tuntutan hukum lain yang melawan aspek-aspek pembangunan kembali Taksim. Atalay mengatakan keputusan ini memiliki preseden karena melibatkan rencana besar (master plan) untuk alun-alun itu.
Perubahan di Taksim termasuk jaringan terowongan bawah tanah untuk lalu lintas untuk membuat alun-alun itu semakin nyaman untuk pejalan kaki, dan mengubah Taman Gezi menjadi bangunan ala barak zaman Ottoman, yang menurut Erdogan akan dibuat menjadi mal dan museum kota. (Reuters)