Sebuah pengadilan di Inggris akan mempertimbangkan pada minggu ini mengenai nasib dari Julian Assange, yang merupakan pendiri dari situs Wikileaks. Pengadilan akan memutuskan apakah Assange akan diekstradisi ke Amerika Serikat (AS) atas tuduhan peretasan dan pencurian yang dialamatkan kepadanya.
Sidang yang berlangsung selama dua hari itu dijadwalkan dimulai pada Rabu (27/10) di Pengadilan Tinggi London.
Penuntut dari pihak AS melakukan banding atas keputusan pengadilan distrik Inggris pada Januari lalu, yang memutuskan Assange tidak akan diekstradisi karena kemungkinan dia akan melakukan bunuh diri di dalam penjara AS yang dilengkapi dengan penjagaan maksimum.
Asumsi itu dipertanyakan oleh pihak penuntut, demikian kata pengacara Nick Vamos, mantan kepala urusan ekstradisi di Layanan Penuntutan Kerajaan Inggris, yang kini menjadi mitra di biro hukum Peters & Peters.
“Yang dilakukan pemerintah AS kini adalah memberikan jaminan khusus tentang bagaimana, dimana, dan dalam kondisi bagaimana Assange akan ditahan. Jadi, asalkan kondisi kesehatannya dan risiko bunuh diri tidak berubah, anda bisa berasumsi bahwa pemerintah AS telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh hakim distrik sebelumnya,” kata Vamos kepada VOA.
Perkembangan lain yang terjadi sejak putusan pada Januari lalu juga bisa berdampak pada kasus tersebut. Sigurdur Thordarson, mantan orang dalam Wikileaks yang kemudian menjadi informan FBI, mengatakan dia merekayasa bukti yang digunakan oleh pihak penuntut.
Sementara itu, pada bulan lalu Yahoo News menerbitkan sebuah berita yang menuduh CIA merencanakan penculikan dan pembunuhan terhadap Assange pada 2017 ketika ia meminta suaka di kedutaan Ekuador di London. Yahoo mengatakan, berita itu didasarkan pada wawancara dengan 30 mantan pejabat intelijen dan keamanan nasional AS.
Vamos mengatakan, pihak pembela akan mengklaim adanya motivasi politik di belakang permohonan ekstradisi Assange itu.
“Akan ada argumen, kalau CIA, yang merupakan salah satu perpanjangan tangan dari pemerintah AS, siap untuk membunuh dirinya, maka anda benar-benar tidak bisa mempercayai perpanjangan tangan lainnya, yaitu Departemen Kehakiman, bahwa mereka akan bertindak adil dan melakukan penuntutan sesuai standar HAM dan apa yang kita anggap merupakan peradilan yang adil,” kata Vamos.
CIA dan pengacara AS yang melakukan banding dalam kasus ekstradisi ini masih belum mengomentari berita yang dirilis oleh Yahoo itu.
Mantan direktur CIA dan mantan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, dalam siaran podcast bersama Megyn Kelly pada September lalu mengatakan semua tindakan yang diambil “sejalan dengan hukum AS.”
“Kami benar-benar hendak menuntut tanggung jawab dari orang yang melanggar hukum AS, yang melanggar persyaratan untuk melindungi informasi dan berusaha mencurinya. Ada kerangka kerja hukum yang mendalam untuk hal itu, dan kami mengambil langkah yang sejalan dengan hukum AS untuk mencapai hal itu,” kata Pompeo. [jm/lt/rs]