Sebuah pesawat deportasi Amerika Serikat yang membawa warga negara India yang dituduh memasuki Amerika Serikat secara ilegal mendarat di negara bagian Punjab, India utara pada hari Rabu (5/2) penerbangan pertama ke India sejak pemerintahan Trump melancarkan tindakan keras terhadap para imigran tanpa dokumen legal.
Pesawat militer itu yang mendarat di tengah-tengah penjagaan ketat membawa 104 orang yang dideportasi, menurut laporan media. Pihak berwenang tidak mengkonfirmasi jumlah tersebut, namun mengatakan bahwa para deportan akan diterima dengan baik.
New Delhi, yang tidak ingin menjadikan imigrasi tanpa dokumen legal sebagai isu yang diperdebatkan dengan Washington, mengatakan bahwa mereka terbuka untuk menerima kembalinya warga India yang tidak berdokumen di Amerika Serikat jika kewarganegaraan mereka telah diverifikasi.
Presiden Donald Trump pekan lalu mengatakan bahwa Perdana Menteri India Narendra Modi telah meyakinkannya bahwa India akan “melakukan apa yang benar” dalam menerima kembali para imigran tanpa dokumen legal. Komentarnya tersebut muncul setelah percakapan telepon dengan Modi.
Di New Delhi, juru bicara kementerian luar negeri Randhir Jaiswal mengatakan pada sebuah konferensi pers pada hari Jumat bahwa India dan Amerika Serikat terlibat dalam sebuah proses untuk mencegah migrasi tanpa dokumen legal dan “kerja sama antara India dan Amerika Serikat sangat kuat dan efektif dalam hal ini. Hal ini akan terlihat jelas di masa yang akan datang.”
Perdagangan dan migrasi diperkirakan akan menjadi isu-isu utama dalam pertemuan yang akan berlangsung minggu depan antara Trump dan Modi.
“India tidak ingin berfokus pada masalah migran tanpa dokumen legal yang dideportasi. Kami tahu ini adalah bisnis besar di India, mengirim migran tanpa dokumen legal. Sebaliknya, kepentingan pemerintah adalah untuk memastikan bahwa jalur migrasi legal ke AS untuk warga negara India tidak dibatasi oleh pemerintahan Trump,” menurut Manoj Joshi, Distinguished Fellow di Observer Research Foundation di New Delhi.
Jalur-jalur legal tersebut adalah visa H-1B untuk para pekerja terampil dan visa untuk para pelajar.
“Kedua belah pihak terlibat dalam proses untuk mencegah migrasi tanpa dokumen legal, sementara juga menciptakan lebih banyak jalan untuk migrasi legal dari India ke Amerika Serikat,” kata Jaiswal.
Jumlah migran India yang mencoba memasuki Amerika Serikat secara ilegal telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan India kini menyumbang jumlah imigran ilegal terbesar ke Amerika Serikat dari negara-negara Asia, menurut data Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan Amerika Serikat. Namun, jumlah mereka secara keseluruhan masih kecil; orang India hanya menyumbang sekitar tiga persen dari penyeberangan ilegal.
Amerika Serikat telah mengidentifikasi sekitar 18.000 migran India yang tidak berdokumen untuk dipulangkan ke negara asalnya, menurut laporan Bloomberg minggu lalu.
Penerbangan deportasi ke India bukanlah hal yang baru, antara Oktober 2023 dan September 2024, lebih dari 1.000 warga negara India dipulangkan, tetapi penerbangan hari Rabu itu adalah yang pertama kalinya mereka dipulangkan dengan pesawat militer.
Penerbangan deportasi tersebut diarahkan ke kota Amritsar di Punjab, yang merupakan salah satu dari tiga negara bagian tempat sebagian besar migrasi ilegal dari India ke AS berasal. Negara bagian lainnya adalah Haryana di utara dan negara bagian barat Gujarat.
Beberapa jam sebelum penerbangan mendarat, Menteri Punjab untuk Urusan NRI (Non-Resident India), Kuldeep Singh Dhaliwal, mendesak orang-orang di negara bagian ini untuk menghindari migrasi tanpa dokumen legal dan sebaliknya berfokus pada perolehan keterampilan dan pendidikan untuk mengakses peluang global melalui jalur legal. [my/jm]
Forum