Serangan Rusia baru-baru ini di Simferopol adalah bagian dari upaya luas untuk menekan aktivis demokrasi di Semenanjung Laut Hitam yang dikuasai Rusia, kata Refat Chubarov, ketua Mejlis, badan pemerintahan warga etnis Tatar Krimea yang dilarang oleh Rusia, dalam pernyataannya.
Etnis Tatar di Krimea, yang sebagian besar Muslim, Rabu (27/3), menghadapi pasukan keamanan Rusia setelah 20 orang ditahan dalam apa yang dikatakan pejabat Rusia sebagai pembersihan tersangka militan Islam.
Wakil Ukraina untuk Uni Eropa, Duta Besar Mykola Tochytskyi, segera meminta kepada para mitra Eropa untuk "secara keras dan tegas" mengecam penggeledahan serta penangkapan itu "ilegal". Serangan itu memicu kecaman luas internasional termasuk perwakilan AS dan Uni Eropa yang yakin warga Tatar Krimea menjadi sasaran karena menentang tegas pemerintahan Rusia di wilayah yang disengketakan itu.
"Yang saya lihat, salah satu alasan utama mengapa yang ditangkap pada Rabu lalu mencapai jumlah rekor terbanyak adalah karena selama lima tahun sejak pendudukan Krimea, Rusia sedapat mungkin ingin mengancam komunitas etnis Tatar di Krimea," kata Chubarov kepada VOA.
"Ingin mendesak warga Tatar Krimea keluar. Saya tidak melihat penjelasan lainnya selain alasan ini." [my]