Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan para eksekutif industri minyak dan gas, Senin (26/6), mengatakan hidrokarbon atau energi fosil akan tetap menjadi bagian penting dari bauran energi Asia mengingat keterjangkauan dan keamanan energi tetap menjadi perhatian utama kawasan ini.
Pencapaian target emisi nol persen seharusnya tidak dilakukan "dengan mengorbankan pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya," kata Anwar di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Sebaliknya, Asia harus mengambil setiap kesempatan untuk melanjutkan dialog dan meneruskan tindakan seputar bagaimana kita dapat merencanakan secara bertanggung jawab untuk memungkinkan setiap negara (dalam) haknya menjalankan pembangunan dan aspirasi rendah karbon," katanya.
Asia adalah rumah bagi beberapa penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia dan sejumlah negara telah membuat berbagai komitmen untuk menghapus bahan bakar fosil secara bertahap dan mempercepat transisi energi. Namun, sejalan dengan itu, negara berkembang juga menuntut dukungan keuangan yang memadai dari negara-negara maju dalam pengembangan energi hijau.
Anwar mengatakan gas alam akan memainkan peran penting dalam bauran energi Malaysia, yang merupakan salah satu dari lima pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di dunia.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia akan meroket menjadi 110 juta barel per hari pada 2045 dan menyumbang 29 persen dari pasokan energi dunia. Kenaikan itu dipicu oleh pertumbuhan ekonomi yang naik dua kali lipat sejalan dengan peningkatan populasi yang mencapai 9,5 miliar, kata Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais pada acara yang sama.
Minyak masih menyumbang 30,9 persen dari bauran energi global pada 2021.
CEO Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan pada acara tersebut bahwa transisi energi ekonomi global senilai $100 triliun hanya dalam tempo seperempat abad adalah “khayalan” karena pertumbuhan sumber terbarukan belum dapat memenuhi peningkatan konsumsi energi.
Biaya setara energi hidrogen hijau berada di kisaran $200 hingga $400 per barel versus harga minyak saat ini di $75 per barel, katanya. Ia juga memperingatkan agar tidak menempatkan semua "telur transisi dalam keranjang energi terbarukan.”
Nasser mendesak penerimaan "model transisi multi-kecepatan" di Asia dan dukungan keuangan untuk negara-negara berkembang.
Untuk mencapai tujuan transisinya, Pemerintah Malaysia akan meluncurkan dua peta jalan pada paruh kedua tahun ini yang merinci potensi negara untuk mengembangkan teknologi penangkapan dan penyimpanan bahan bakar hidrogen dan karbon, kata Anwar.
Para ilmuwan mengatakan bahwa meskipun mengembangkan teknologi baru adalah kunci, tetapi langkah pengurangan emisi tetap krusial untuk menjaga dunia agar tidak memanas lebih dari 1,5 derajat Celcius melebihi era pra-industri.
Malaysia juga berkomitmen bergabung dengan kesepakatan internasional untuk memangkas emisi metana sebesar 30 persen pada 2030, dibandingkan tingkat 2020, tambah Anwar. [ah/rs]
Forum