Para pengamat internasional mengatakan pemilu multi partai pertama Sudan sejak 1986 dinodai masalah logistik dan intimidasi terhadap pemilih.
Misi pengamat Uni Eropa di Sudan dan mantan Presiden Amerika Jimmy Carter mengatakan hari Sabtu, pemilu itu tidak memenuhi standar internasional karena adanya masalah-masalah yang menyebar luas.
Misi Uni Eropa itu mengatakan sekitar 60 persen pemilih memberikan suara mereka dalam pemilu yang berlangsung lima hari itu, namun para pengamat melaporkan serangkaian masalah, termasuk intimidasi, daftar pemilih yang tidak lengkap dan kurangnya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pemungutan suara.
Kelompok-kelompok oposisi juga mengeluh. Beberapa partai sebagian atau sepenuhnya memboikot pemilu itu, termasuk partai utama di Sudan Selatan – Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan. Beberapa kelompok bahkan menuduh Partai Kongres Nasional yang berkuasa berencana mencurangi pemilu.
Hasil akhir diperkirakan akan diumumkan hari Selasa pekan depan. Presiden yang berkuasa saat ini, Omar al-Bashir, diperkirakan akan meraih satu lagi masa jabatan.
Meski ada kecaman, sebuah delegasi dari Parlemen Eropa mengatakan, pemilu itu tetap mencerminkan sebuah langkah maju yang penting.